Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berpotensi mengalami penguatan pada perdagangan hari ini setelah melemah pada sesi sebelumnya. Pada penutupan perdagangan Senin (17/3/2025), IHSG turun 0,67 persen ke level 6.471,95, diiringi aksi jual bersih (net sell) investor asing senilai Rp849 miliar. Saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing antara lain BBCA, BMRI, BBNI, TLKM, dan INCO.
Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menyampaikan bahwa IHSG memiliki peluang untuk berbalik menguat (rebound) dengan level support di kisaran 6.380-6.450 dan level resistensi pada rentang 6.500-6.600.
Pergerakan positif bursa saham Amerika Serikat dan Asia pada perdagangan Senin turut menjadi faktor pendukung. “Indeks saham di Wall Street mulai pulih setelah mengalami tekanan selama empat pekan berturut-turut,” ujar Fanny.
Pada perdagangan Senin, indeks S&P 500 mencatat kenaikan sebesar 0,64 persen, Nasdaq Composite naik 0,31 persen, dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,85 persen. Laporan penjualan ritel Amerika Serikat pada Februari turut memberikan sentimen positif, meskipun hanya naik 0,2 persen secara bulanan, lebih rendah dari perkiraan 0,6 persen. Jika sektor otomotif dikecualikan, kenaikan penjualan ritel mencapai 0,3 persen.
Fanny juga menyoroti kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang masih menjadi perhatian investor. “Perubahan kebijakan tarif oleh pemerintahan Trump serta langkah efisiensi yang dilakukan oleh Elon Musk melalui divisi DOGE turut memengaruhi pasar. Regulasi dan kebijakan perdagangan global yang terus mengalami perubahan juga menjadi faktor yang perlu dicermati,” jelasnya.
Di kawasan Asia, bursa saham mengalami kenaikan setelah Tiongkok mengumumkan berbagai langkah untuk mendorong konsumsi masyarakat. Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,93 persen, Kospi Korea Selatan menguat 1,61 persen, dan Hang Seng Hong Kong naik 0,68 persen.
Tiongkok berencana meningkatkan konsumsi domestik dengan menaikkan pendapatan masyarakat serta menstabilkan pasar saham dan sektor properti. Selain itu, pemerintah Tiongkok juga merancang kebijakan untuk meningkatkan angka kelahiran di negara tersebut.
“Investor kini menantikan sejumlah data ekonomi dari Tiongkok, termasuk produksi industri, investasi perkotaan, penjualan ritel, serta tingkat pengangguran di wilayah perkotaan. Pada Februari, tingkat pertumbuhan investasi perkotaan di Tiongkok mencapai 3,6 persen secara tahunan, meningkat dari 3,2 persen pada bulan sebelumnya,” pungkas Fanny.
Sumber: rri.co.id/Sn