Prediksi Lonjakan Pemudik Lebaran, Pemerintah Diharapkan Atur Jadwal Libur Secara Bertahap

Pemerhati masalah transportasi dan hukum AKBP (P) Budiyanto,SH.SSOS.MH
Pemerhati masalah transportasi dan hukum AKBP (P) Budiyanto,SH.SSOS.MH

Jakarta|EGINDO.co Pemerhati masalah transportasi dan hukum, Budiyanto, menyoroti fenomena mudik Lebaran sebagai tradisi tahunan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Mudik tidak sekadar perjalanan pulang kampung, tetapi juga menjadi momen silaturahmi, mengenang leluhur, serta bertemu dengan keluarga dan kerabat dekat.

Menurut Budiyanto, pemudik berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan, baik sektor formal maupun informal. Hal ini memengaruhi waktu keberangkatan mereka menuju kampung halaman.

Perbedaan Waktu Mudik Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Budiyanto menjelaskan bahwa pekerja di sektor formal, seperti pegawai negeri, karyawan perusahaan, dan pekerja di industri manufaktur, cenderung mengikuti jadwal libur resmi yang telah ditetapkan. Akibatnya, mereka akan mudik dalam waktu yang hampir bersamaan, sehingga berpotensi menyebabkan lonjakan volume kendaraan di jalan raya.

Baca Juga :  Bachelet Desak China Untuk Tinjau Kebijakan Kontra-Terorisme

Sementara itu, pekerja sektor informal, seperti pedagang kaki lima dan pekerja lepas, memiliki fleksibilitas dalam menentukan waktu mudik. Oleh karena itu, mereka lebih disarankan untuk berangkat lebih awal guna menghindari kepadatan arus lalu lintas pada puncak mudik.

Kebijakan yang Dapat Mengurangi Kemacetan

Untuk mengurangi risiko kemacetan parah, Budiyanto mengusulkan agar pemerintah dan perusahaan mengatur jadwal libur secara bertahap. Langkah ini dapat diterapkan dengan cara:

  1. Membagi Jadwal Libur Karyawan
    Perusahaan sebaiknya membedakan jadwal libur bagi karyawan di bagian produksi dan non-produksi. Dengan demikian, tidak semua pekerja pulang dalam waktu yang bersamaan.
  2. Menerapkan Kebijakan Bekerja dari Mana Saja (Work from Anywhere/WFA)
    Bagi pekerja yang tidak memerlukan kehadiran fisik di kantor atau pabrik, perusahaan dapat memberikan fleksibilitas untuk bekerja dari mana saja sebelum atau setelah libur Lebaran.
  3. Menyediakan Tunjangan Hari Raya (THR) Lebih Awal
    Pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) sebaiknya tidak dilakukan terlalu dekat dengan Hari Raya Idulfitri. Dengan demikian, pekerja memiliki kesempatan untuk mudik lebih awal dan tidak menumpuk pada hari-hari mendekati Lebaran.
Baca Juga :  Sudah Puluhan Tahun PHK dari Perusahaan, JHT Masih Ada

Dominasi Kendaraan Pribadi dalam Mudik

Budiyanto juga memprediksi bahwa kendaraan pribadi, terutama sepeda motor, akan tetap menjadi moda transportasi yang dominan selama arus mudik. Oleh karena itu, ia mengimbau para pemudik untuk selalu memastikan kondisi kendaraan dalam keadaan prima serta menjaga stamina agar perjalanan tetap aman dan nyaman.

Menghindari Puncak Arus Mudik dan Arus Balik

Berdasarkan tren tahun-tahun sebelumnya, puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada tiga hari sebelum Lebaran (H-3), dua hari sebelum Lebaran (H-2), dan satu hari sebelum Lebaran (H-1).

“Sebaiknya para pemudik menghindari perjalanan pada hari-hari tersebut karena kepadatan lalu lintas diperkirakan akan sangat tinggi,” ujar Budiyanto. Hal yang sama juga berlaku untuk arus balik setelah Hari Raya Idulfitri.

Baca Juga :  KKP Akui Pakan Ikan Kini Masih Mayoritas Impor

Dengan meningkatnya jumlah pemudik tahun ini, pengaturan jadwal libur yang lebih fleksibel diharapkan dapat membantu mengurangi penumpukan kendaraan dan menciptakan perjalanan mudik yang lebih lancar serta aman bagi masyarakat. (Sadarudin)

Bagikan :
Scroll to Top