Jakarta|EGINDO.co Tingginya curah hujan dalam tiga bulan terakhir di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mengganggu mobilitas transportasi dan aktivitas masyarakat. Pemerhati transportasi dan hukum, Budiyanto, menyoroti bahwa intensitas hujan yang tinggi menyebabkan sungai, waduk, serta area resapan air tidak mampu menampung debit air yang meningkat. Akibatnya, terjadi banjir yang tidak terhindarkan, dan sebagian air meluap ke jalan, mengakibatkan genangan yang menghambat lalu lintas.
“Genangan air di jalan memicu ketidakteraturan dalam pergerakan lalu lintas yang sangat mengganggu transportasi, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Kondisi ini juga berdampak pada aktivitas masyarakat dan dapat menurunkan produktivitas ekonomi, baik dalam sektor jasa maupun perdagangan,” ujar Budiyanto.
Ia menambahkan bahwa dalam era digitalisasi dan pemanfaatan teknologi, pengendalian cuaca menjadi solusi strategis untuk mengurangi debit air serta mengarahkannya ke tempat penampungan yang sesuai. Dengan demikian, akses mobilitas masyarakat dapat ditingkatkan, memungkinkan percepatan produktivitas ekonomi guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Budiyanto, modifikasi cuaca di wilayah Jabodetabek merupakan suatu keniscayaan. Jika tidak dilakukan, risiko gangguan terhadap aktivitas dan produktivitas, termasuk rantai pasok kebutuhan masyarakat, akan semakin besar. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi yang solid antara berbagai pemangku kepentingan untuk mengelola aliran air dengan optimal.
“Dinamika debit air di berbagai titik pemantauan, seperti Bendung Katulampa di Bogor, Pintu Air Manggarai, serta kawasan Pasar Ikan, harus dicermati dengan baik. Koordinasi yang tepat dalam menahan dan mengalirkan air menjadi kunci utama untuk meminimalkan luapan yang berpotensi menghambat mobilitas transportasi,” pungkasnya. (Sadarudin)