Jakarta|EGINDO.co Indonesia dan Turki telah lama menjalin kerja sama di bidang industri. Pada tahun 2023, total perdagangan kedua negara dalam sektor non-migas mencapai 2 miliar dolar AS, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 13,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, investasi Turki di Indonesia tercatat sebesar 42,7 miliar dolar AS pada tahun yang sama. Sebagai langkah untuk mengembangkan peluang kerja sama lebih lanjut, Indonesia dan Turki membentuk Komite Bersama tentang Kerja Sama Industri.
Pembentukan komite ini dilakukan melalui penandatanganan Memorandum Saling Pengertian (MSP) oleh Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki, Mehmet Fatih Kacir. Penandatanganan tersebut disaksikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan dalam pertemuan Indonesia-Turki di Istana Kepresidenan Bogor pada Rabu (12/2/2025).
Tujuan dari MSP ini adalah untuk memajukan kerja sama bilateral dan meningkatkan investasi di sektor industri, serta mengembangkan riset dan inovasi bersama, pengembangan kapasitas, promosi, transfer teknologi, dan pemanfaatan teknologi utama dalam industri, serta kegiatan kerja sama lainnya yang saling menguntungkan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa pemerintah Indonesia sangat antusias dalam membahas rencana kerja melalui MSP mengenai kerja sama bidang perindustrian dengan Turki. “Kami menganggap hal ini sebagai bagian dari rencana Aliansi Strategis yang sebelumnya telah dibicarakan dengan Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki,” ungkapnya di Jakarta pada Senin (17/2/2025).
Kedua negara telah mengusulkan 14 sektor industri untuk dicakup dalam MSP, di antaranya Teknologi dan Bahan Baterai, Teknologi dan Bahan Bangunan dan Konstruksi, Kimia dan Farmasi, Industri Elektronik dan Mesin, Kendaraan Listrik dan Mobilitas, Pengembangan UMKM, Industri Berbasis Pertanian, Zona Industri dan Pembangunan Wilayah, Industri Maritim, Alat Kesehatan dan Teknologi Kesehatan, Industri Logam, Tekstil dan Pakaian, Industri Hijau, Industri Halal, serta bidang kerja sama lainnya yang telah disetujui oleh kedua pihak.
Menteri Agus Gumiwang juga menjelaskan bahwa Turki sangat memprioritaskan kerja sama bilateral di sektor industri, yang tercermin dari hubungan erat yang telah terjalin, termasuk kerja sama produksi dan distribusi vaksin antara Bio Farma (Indonesia) dan Polifarma serta Turkilac (Turki).
Selain rencana investasi dari perusahaan-perusahaan besar Turki yang telah bertemu dengan Menteri Perindustrian pada tahun lalu, Turki juga mendorong kemitraan untuk produksi bersama melalui kerja sama antara Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) dan Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia (GAKESLAB) dengan Kelompok Perusahaan Alat Kesehatan Turki (OSTIM). Selain itu, Turki juga mendorong produk farmasi Indonesia yang diproduksi oleh Kimia Farma, Kalbe Farma, Daria Varia melalui Abdi Ibrahim, Polifarma, dan Deva Medica untuk memasuki pasar Turki.
“Kami percaya bahwa kunjungan Presiden Erdoğan kali ini akan menjadi momentum untuk menindaklanjuti hasil-hasil pertemuan yang kami lakukan sebelumnya di Turki,” ujar Menteri Agus Gumiwang.
Agus juga berharap agar para pelaku industri di Indonesia dan Turki dapat memanfaatkan sebaik-baiknya MSP ini, sehingga kolaborasi yang telah terjalin dapat semakin erat.
Pembentukan Komite Bersama ini juga merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri Perindustrian Indonesia ke Turki pada Juni 2024, di mana ia melakukan berbagai pertemuan dengan Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki serta sejumlah perusahaan besar di Turki, seperti Beco, Arcelik, KOC Holding, dan Kordsa (Sabanci Holding), serta perusahaan manufaktur lainnya yang bermaksud untuk berinvestasi dan membangun pabrik di Indonesia.
Sumber: Tribunnews.com/Sn