Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan pada pembukaan perdagangan awal pekan ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 0,41 persen atau naik 66 poin ke level Rp16.185 per dolar AS.
Pada akhir pekan sebelumnya, rupiah juga mengalami apresiasi signifikan sebesar 0,67 persen atau 110 poin, ditutup di level Rp16.251 per dolar AS. Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa indeks dolar AS melemah ke kisaran 106,67 pada pagi ini, lebih rendah dibandingkan posisi Jumat pagi yang berada di kisaran 107.
Menurut Ariston, pelaku pasar saat ini masih mencermati kebijakan kenaikan tarif impor yang direncanakan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Terdapat indikasi bahwa kebijakan tersebut berpotensi ditunda, mengingat pemerintah AS tampaknya tidak ingin terburu-buru dalam menerapkannya dan masih membuka ruang negosiasi. Kondisi ini memberikan ketenangan bagi investor, sehingga mereka kembali masuk ke aset berisiko.
Selain itu, pasar juga merespons positif perkembangan pembicaraan perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi oleh Trump. Faktor lain yang turut menekan dolar AS adalah rilis data ekonomi AS, khususnya penjualan ritel bulanan untuk Januari, yang tercatat mengalami penurunan sebesar 0,9 persen. Data ini memberikan tekanan negatif terhadap dolar AS, sehingga mendukung penguatan mata uang lainnya, termasuk rupiah.
Ariston memproyeksikan bahwa rupiah masih berpotensi menguat terhadap dolar AS dengan level support di kisaran Rp16.190 per dolar AS, sementara level resistance berada di sekitar Rp16.300 per dolar AS.
Dari dalam negeri, data neraca perdagangan Indonesia untuk Januari yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini diperkirakan tetap mencatat surplus di atas dua miliar dolar AS. Jika terealisasi, hal ini akan menjadi faktor tambahan yang mendukung penguatan rupiah.
Sumber: rri.co.id/Sn