Jakarta | EGINDO.com – Bursa Karbon menargetkan hingga akhir tahun 2025, perdagangan sebanyak 750 ribu ton. Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) menargetkan volume perdagangan karbon tembus 750.000 ton CO2 ekuivalen (tCO2e6) hingga akhir tahun 2025.
Adapun target tersebut merupakan perdagangan karbon domestik maupun internasional. Menurut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman usai Peluncuran Perdagangan Karbon Internasional di BEI, Jakarta bahwa tahun lalu ada 500.000 ton dan berharap mungkin 500.000 ton sampai 750.000 ton. Kemudian nilai Perdagangan karbon mencapai Rp 58,868 miliar, dengan 6 Project Listed Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK).
Sedangkan untuk target nilai transaksi tahun ini, Iman belum dapat menyampaikannya karena masih perlu melihat harga unit karbon yang diperdagangkan. Namun, Iman menargetkan jumlah pengguna jasa pada tahun ini mencapai 200 pengguna hingga akhir 2025. Adapun pada periode hingga hari ini pengguna jasa dalam IDX Carbon tercatat sebanyak 104 pengguna jasa.
Katanya pada awal tahun ini, IDXCarbon turut mencatatkan penambahan tiga proyek unit karbon atau Sertifikat Pengurangan Emisi-Gas Rumah Kaca (SPE-GRK), yang semakin memperkaya jumlah unit karbon baru. Pertama, milik PT PLN Indonesia Power yang mencatatkan unit karbon yang berasal dari proyek Pengoperasian Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Priok Blok 4 sebesar 763.653 tCO2e dengan tahun penyerapan atau pengurangan emisi terjadi (tahun vintage) 2021.
Kedua, proyek PT PLN Indonesia Power Konversi dari Pembangkit Single Cycle menjadi Combined Cycle (Add On) PLTGU Grati Blok 2, yang mencatatkan unit karbon sebesar 407.390 tCO2e dengan tahun vintage 2021. Ketiga, proyek Konversi dari Pembangkit Single Cycle menjadi Combined Cycle Blok 2 PLN NP UP Muara Tawar yang dikelola oleh PT PLN Nusantara Power yang mencatatkan unit karbon sebesar 30.000 tCO2e dengan tahun vintage 2023.@
Bs/timEGINDO.com