Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diproyeksikan berfluktuasi dan berpotensi melemah pada perdagangan Rabu (18/12/2024), menyusul keputusan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah didorong oleh ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga lanjutan dari The Fed. “Selain keputusan The Fed, perhatian pasar juga tertuju pada kebijakan suku bunga yang akan diambil oleh Jepang dan Indonesia pekan ini,” ungkap Ibrahim dalam pernyataan resmi yang dirilis Kamis (19/12/2024).
Dari sisi domestik, Ibrahim menambahkan bahwa rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% mulai 1 Januari 2025 turut memengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah menjelang akhir tahun.
Bank Indonesia melaporkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2024 sebesar USD 423,4 miliar atau setara dengan Rp6.774 triliun (kurs Rp16.000 per dolar AS). Angka ini menunjukkan penurunan sebesar USD 5,1 miliar dibandingkan posisi September 2024 yang mencapai USD 428,5 miliar. Ibrahim menjelaskan, “Penurunan ULN pemerintah disebabkan oleh berkurangnya posisi pinjaman dan surat utang.”
Dalam perdagangan Rabu (18/12/2024), rupiah tercatat menguat tipis 0,02% atau tiga poin ke level Rp16.097 per dolar AS, sementara indeks dolar AS berada pada level 106,96.
Namun, sejumlah mata uang di kawasan Asia Pasifik cenderung melemah terhadap dolar AS. Yuan Jepang turun 0,08%, dolar Hong Kong melemah 0,01%, dan dolar Singapura merosot 0,06%. Mata uang lainnya, seperti won Korea Selatan dan peso Filipina, juga melemah masing-masing 0,05% dan 0,22%.
The Fed Pangkas Suku Bunga
The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25%-4,50% pada Rabu (19/12/2024). Namun, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa penurunan lebih lanjut akan bergantung pada keberhasilan dalam menekan inflasi yang masih tinggi.
“Kami berada dalam posisi yang cukup baik, tetapi dari sini kami akan berhati-hati dalam melakukan pemotongan lebih lanjut,” kata Powell dalam konferensi pers usai rapat.
The Fed memproyeksikan hanya akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali (masing-masing 25 basis poin) hingga akhir 2025.
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan perkiraan tiga bulan sebelumnya yang mencapai empat kali pemangkasan. Sementara itu, proyeksi inflasi AS pada 2025 meningkat dari 2,1% menjadi 2,5%.
Keputusan ini memberikan tekanan pada pasar saham dan memperkuat nilai dolar AS, sehingga memengaruhi mata uang negara berkembang termasuk rupiah.
Sumber: Bisnis.com/Sn