Penulis Roman Taiwan Chiung Yao Meninggal Dunia Di Usia 86 Tahun

Chiung Yao
Chiung Yao

Taipei | EGINDO.co – Novelis romansa Taiwan yang terkenal, Chiung Yao, meninggal dunia pada usia 86 tahun karena diduga bunuh diri.

Pemadam kebakaran setempat mengatakan pada hari Rabu (4 Desember) bahwa Chiung ditemukan meninggal di rumahnya di Kota Taipei Baru.

Putranya mengatakan bahwa dia telah meninggalkan catatan yang memerintahkan sekretarisnya untuk memeriksanya pada siang hari, lapor kantor berita TVBS. Meskipun sekretarisnya memanggil ambulans segera setelah menemukan jasadnya, Chiung dinyatakan meninggal di tempat kejadian.

Lahir dengan nama Chen Che di kota Chengdu di barat daya Tiongkok pada tahun 1938, dia kemudian menggunakan nama pena Chiung Yao.

Dia melarikan diri ke Taiwan bersama keluarganya pada tahun 1949 setelah pasukan nasionalis Chiang Kai-shek kalah dalam perang saudara melawan pejuang Mao Zedong.

Dia mulai menulis sejak kecil, dan novel pertamanya diterbitkan saat dia berusia 25 tahun, lapor media lokal.

Sejumlah novelnya diadaptasi menjadi serial televisi, yang menjadi hit besar di Taiwan dan Tiongkok, terutama drama periode abad ke-18 My Fair Princess.

Berlatar belakang Dinasti Qing, novel ini mengisahkan seorang gadis miskin yang menjadi seorang putri.

Mendiang suami kedua Chiung, Ping Hsin-tao, adalah pendiri Crown Publishing, percetakan sebagian besar buku-bukunya. Ia meninggal pada tahun 2019 dalam usia 92 tahun. Penerbit tersebut menolak berkomentar ketika dihubungi AFP.

Lima novel terakhir Chiung Yao diterbitkan pada tahun 2020, menurut situs web penjualan buku Taiwan.

Dalam video prarekaman yang diunggah di halaman Facebook-nya, ia berkata: “Saya adalah percikannya, dan saya telah membakarnya sekuat tenaga.”

Tsai Mei-tzu, seorang profesor sastra Tiongkok di Universitas Nasional Cheng Kung, berkata: “Di laci setiap gadis muda sastra pada tahun 1950-an, 1960-an, 1970-an, ada beberapa novel Chiung Yao yang tersimpan, disembunyikan karena takut disita oleh guru.

“Bahkan setelah tahun 1990-an, romansa kuno Chiung Yao tidak memudar. Nada klasik dan ketegangan dramatis terus menopang kerajaan kisah cintanya.”

Sumber : CNA/SL

Scroll to Top