Peshawar | EGINDO.co – Bentrokan sektarian yang mematikan terus berlanjut di distrik Kurram, Pakistan barat laut, meskipun gencatan senjata sementara telah dicapai akhir minggu lalu, kata pejabat setempat, dengan jumlah korban tewas kini mencapai lebih dari 130 orang saat pihak berwenang mencoba menengahi solusi.
Kurram, dekat perbatasan dengan Afghanistan, telah menjadi titik api ketegangan sektarian selama beberapa dekade. Ketegangan itu meluas menjadi gelombang serangan baru bulan lalu ketika bentrokan antara penganut Sunni dan Syiah menewaskan puluhan orang.
Pejabat administrasi distrik Wajid Hussain mengatakan 133 orang tewas dalam serangan itu dalam satu setengah minggu terakhir.
“Pemerintah distrik dan otoritas terkait lainnya telah memulai upaya untuk menghentikan pertikaian antara kedua komunitas tetapi belum ada terobosan,” katanya.
Tim pemerintah Pakistan memediasi kesepakatan gencatan senjata tujuh hari antara kelompok-kelompok yang bertikai itu Minggu lalu (24 November). Muslim Syiah dan Sunni bersenjata telah terlibat dalam persaingan suku dan sektarian selama beberapa dekade atas tanah dan sengketa lokal lainnya di Kurram.
Pihak berwenang provinsi menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 97 orang, dengan 43 orang tewas dalam serangan awal ketika orang-orang bersenjata melepaskan tembakan ke sebagian besar pengemudi Syiah dan sisanya tewas dalam bentrokan balasan.
Kepala Menteri Provinsi Khyber Pakhtunkhwa Ali Amin Khan Gandapur mengunjungi daerah tersebut pada hari Sabtu untuk menghadiri pertemuan besar para tetua dan pemimpin suku.
“Siapa pun yang mengangkat senjata akan diperlakukan sebagai teroris, dan nasib mereka akan menjadi teroris,” kata Gandapur menurut pernyataan dari kantornya pada Sabtu malam, seraya menambahkan bahwa pasukan keamanan akan tetap berada di daerah tersebut.
Warga dan pejabat mengatakan jalan raya utama yang menghubungkan kota utama Kurram, Parachinar, dengan ibu kota provinsi Peshawar diblokir, yang telah menciptakan tantangan dalam memindahkan orang yang terluka ke rumah sakit.
“Tim medis kami bekerja sepanjang waktu untuk melakukan operasi karena tantangan dalam merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih besar di Peshawar dan tempat lain,” kata Dr. Syed Mir Hassan, dari rumah sakit distrik Parachinar.
Ia menambahkan bahwa mereka saat ini merawat sekitar 100 pasien yang terluka dan telah menerima 50 jenazah selama kekerasan tersebut.
Sumber : CNA/SL