Oleh: Ananta Bangun
Puncak 2000’ telah lama menjadi buah bibir di keuskupan agung medan. terutama sejak, kongres kerahiman ilahi se-asia di medan, pada 2015 lalu. seperti apa rupa dan bagaimana pelayanan yang hendak ditawarkan, kerap menjadi topik pembicaraan seru di tengah umat setempat. kru menjemaat tentu girang beroleh kesempatan menggali jawaban tersebut kala meliput pemberkatan kapel sta. faustina di pusat peziarahan, bernama lengkap taman ziarah rohani ‘yesus gunung kerahiman ilahi’ puncak 2000 di desa kacinambun, karo, provinsi sumatera utara, minggu (8/4/2018).
Setelah melewati Pasar Kabanjahe, rute masuk ke Puncak 2000 mudah untuk ditemukan karena terdapat sebuah plank bertuliskan tempat ziarah rohani tersebut. Tepatnya mulai dari jalan masuk ke Desa Singa. Setelah melewati beberapa desa, sebuah persimpangan dengan satu rambu navigasi besar bertuliskan arah ke Siosar. Perjalanan menuju Puncak 2000 semakin nyaman, karena aspal jalan yang lebih bagus pasca pembangunan relokasi pengungsi Sinabung. “Ini merupakan anugerah Tuhan. Sebab akses transportasi ke Puncak 2000 semakin mudah. Sebab tempat ini terletak lima kilometer sebelum Siosar,” ujar Direktur Spiritual Apostolat Kerahiman Ilahi – KAM, RP John Rufinus Saragih OFM Cap sebagaimana dilansir majalah Menjemaat.
Pastor John menuturkan, ide pembangunan Puncak 2000 bermula dari terbentuknya AKI-KAM. “Kelompok kerasulan ini getol memperkenalkan Devosi Kerahiman Ilahi dibawah asuhan Pastor (alm.) Marselinus Manalu. Dan kini berkembang ke beberapa paroki-paroki di KAM, di antaranya: Paroki Kristus Raja, Paroki Katedral Medan, Paroki Hayam Wuruk, Paroki Mandala. Bahkan sampai juga ke Siantar dan Paroki Perdagangan.”
Imam Kapusin, yang juga Parokus di Paroki Hayam Wuruk, menjelaskan bahwa AKI-KAM tidak bisa disebut sebagai kelompok kategorial. “Karena kerasulan ini langsung diasuh di bawah Keuskupan. AKI-KAM sendiri resmi diakui oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus Sinaga OFM Cap, melalui Surat Keputusan, pada Maret 2017. Perayaan usia setahun AK-KAM sempat juga digelar di Puncak 2000,” kata Pastor John.
Uskup Mgr. Anicetus kemudian menunjuk pengurus resmi kelompok kerasulan ini. “Ibu Cynthia Leowardy diangkat sebagai koordinator se-Indonesia dan Asia. Sementara saya sendiri, diangkat menjadi Direktur Spiritual di KAM dan Asia,” katanya.
Upaya merintis sebuah taman ziarah rohani telah lama mencuat dalam benak devosan di AKI-KAM. Impian tersebut sebenarnya berseberangan dengan kenyataan bahwa kerasulan ini tidak memiliki modal materiil, apalagi tanah. Namun, karena iman sungguh-sungguh, mereka kemudian menggelar doa khusus agar Tuhan menunjukkan anugerah-Nya untuk mewujudkan berdirinya sebuah tempat ziarah iman. Terutama, untuk devosi Kerahiman Ilahi. “Gerakan tersebut dinamai Jericho Walk. Dimana sejumlah Imam dan umat dari AKI-KAM, menjalankan doa sembari berjalan di daerah Kacinambun,” kata Pastor John.
“Mereka meyakini akan mendapat tanah untuk mendirikan Puncak 2000. Meskipun mereka tidak punya uang. Kemudian, karena satu dan lain hal, terjadi pertemuan dengan bapak Mujianto. Dia bertanya: “Uang kalian ada berapa?”
Mereka bilang: “Kami tidak punya uang.” Pak Mujianto kaget, dan menimpali: “Bagaimana mungkin kalian bisa mendapatkan tanah.”
Buah-buah doa dan bercengkerama bersama, ternyata meluluhkan hati Mujianto. “Meskipun Mujianto seorang penganut agama Buddha, bahkan seorang Ketua Tzu Chi di Medan, dia berkenan menyumbangkan tanah miliknya di Desa Kacinambun tanpa pamrih,” terang Pastor John.
Pada 9 Agustus 2011, peletakan batu pertama kemudian dilaksanakan. Namun, Pastor John, mengatakan proses pembangunan kemudian terkendala. “Lokasi, yang semula dilakukan pelatakan batu pertama, dialihkan ke tempat Puncak 2000 kini. Alasannya, lokasi pertama tersebut, secara hukum, termasuk dalam wilayah hutan lindung,” kata Pastor John. Namun, menurutnya, kendala tersebut justru menjadi anugerah semata. Lokasi yang baru menjadi lebih dekat dengan badan jalan. Di samping itu, kebijakan pembangunan relokasi pengungsi Sinabung ke Siosar oleh pemerintahan Jokowi, juga memberi kemudahan akses ke Puncak 2000. “Puncak 2000 terletak 5 kilometer sebelum Siosar.”
Sebelumnya, media online Karo.or.id juga mengutip semangat pembangunan Puncak 2000 dari (kala itu) Vikep Kabanjahe, RP Ignatius Simbolon OFM Cap: “Tempat ini diharapkan dapat memberikan pencerahan jiwa bagi setiap umat yang berkunjung. Segala sesuatu yang akan dilakukan manusia harus didasari iman kepada Yesus Kristus.”
Menekankan Semangat Kerahiman Ilahi
Pastor John menyampaikan, proses pembangunan Puncak 2000 masih berlangsung secara bertahap. “Sejauh ini yang sudah mendekati tahap perampungan adalah Kapel Sta. Faustina dan Gua Maria. Sementara Gereja terbuka – yang diharapkan dapat menampung ribuan orang, Pastoran, Susteran, Tempat Penginapan dan Jalan Salib masih dalam tahap pembangunan,” katanya seraya mengimbuhkan, Puncak 2000 juga akan mendirikan patung Yesus setinggi 15 meter.
Pihak AKI-KAM, sejauh ini, masih terganjal untuk menemukan mata air. “Kesulitan sampai sekarang, adalah sumber mata air sulit untuk ditemukan. Karenanya, AKI-KAM terus mendoakan hal ini. Sungguh sulit jika pembangunan dan pelayanan di tempat ini harus terus membeli air dari luar.”
Pastor John menyampaikan, Ordo/ Kongregasi yang akan melayani di Puncak 2000 masih belum ditetapkan. “Sebelumnya, Uskup sudah sempat mengundang kongregasi suster H. Carm yang ada di Paroki Sumbul. Namun, kerjasama tersebut tidak jadi,” katanya. “Kemudian, kini tengah ada perbincangan dengan Kongregasi Suster dari Sta. Faustina di Polandia. Perbicangan lebih lanjut akan dilaksanakan saat AACOM di Pineng – Malaysia tahun depan.”
Kala memimpin dedicatio Kapel Sta. Faustina di Puncak 2000, Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus Sinaga OFM Cap menekankan semangat pengampunan yang dibangun sejak Pesta Kerahiman Ilahi di misa dedikasi tersebut. “Mari jadikan Kapel Sta Faustina menjadi sarana mewartakan kedamaian, cinta dan persahabatan dunia. Kita dituntut mengampuni orang yang bersalah. Kita dituntut memberi kedamaian. Menentang tindakan-tindakan anarkis, begal-begalan. Inilah kerinduan dunia. Perdamaian dan sukacita serta kita adalah bersaudara,” katanya.@
***
Penulis adalah Ananta Bangun telah meninggal dunia pada September 2024 lalu, dia menulis di majalah Keuskupan Agung Medan, Menjemaat.