Rupiah Menguat ke Level Rp15.812, Bank Indonesia Diprediksi Tahan Suku Bunga

Uang rupiah dan uang dolar AS di sebuah tempat penukaran valas
Uang rupiah dan uang dolar AS di sebuah tempat penukaran valas

Jakarta|EGINDO.co Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada pembukaan perdagangan hari ini. Mengacu pada data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah tercatat menguat 0,28% ke level Rp15.812 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah sebesar 0,08% ke posisi 106,18.

Sejalan dengan penguatan rupiah, sejumlah mata uang di kawasan Asia Pasifik juga menunjukkan tren positif. Yen Jepang tercatat naik 0,28%, dolar Taiwan menguat 0,13%, won Korea Selatan naik 0,06%, rupee India menguat 0,02%, serta ringgit Malaysia naik 0,23%. Namun, beberapa mata uang justru melemah, seperti dolar Singapura (-0,04%), yuan China (-0,07%), dan baht Thailand (-0,25%).

Prediksi Kebijakan Suku Bunga Bank Indonesia

Hasil survei yang dilakukan oleh Reuters menunjukkan bahwa mayoritas ekonom memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pekan ini. Langkah ini diperkirakan bertujuan untuk menjaga stabilitas rupiah yang sejak September 2024 telah melemah hampir 5%, meskipun intervensi pasar telah dilakukan secara rutin.

Baca Juga :  Zelenskyy Kecam Teror Rusia Setelah Kota Kherson Dibombardir

Dengan inflasi yang masih berada dalam target BI sebesar 1,5%-3,5% selama lebih dari satu tahun, bank sentral dapat lebih berfokus pada stabilisasi nilai tukar. Gareth Leather, Ekonom Senior Asia di Capital Economics, menyatakan bahwa pelemahan rupiah pascapemilu AS menjadi perhatian utama BI.

Dari 34 ekonom yang disurvei Reuters pada 11-18 November 2024, sebanyak 25 responden (atau lebih dari 70%) memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada bulan ini. Meski demikian, 16 dari 25 ekonom tersebut memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,75% pada Desember mendatang.

Penundaan penurunan suku bunga tersebut diduga disebabkan oleh berkurangnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Kebijakan ekonomi di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump dianggap dapat mendorong inflasi lebih tinggi, sehingga dolar AS berpotensi tetap kuat dalam jangka waktu yang lebih lama.

Baca Juga :  Biden Menuju G20 Untuk Bicarakan Harga Energi,Rantai Pasokan

Keputusan BI pada bulan ini akan menjadi salah satu langkah strategis dalam menjaga kestabilan rupiah di tengah dinamika kebijakan global.

Sumber: Bisnis.com/Sn

Bagikan :
Scroll to Top