BoJ Harus Menunggu Setidaknya 6 Bulan Untuk Menaikkan Suku Bunga

Bank of Japan
Bank of Japan

Tokyo | EGINDO.co – Bank Sentral Jepang harus menunggu setidaknya enam bulan sebelum menaikkan suku bunga, hingga ada tanda-tanda kenaikan upah yang berkelanjutan di atas inflasi, kata ketua partai oposisi yang tengah diupayakan oleh LDP untuk mendapatkan dukungan.

“Tidak boleh ada perubahan signifikan pada kebijakan moneter, karena kita perlu mengamati tren pertumbuhan upah dari negosiasi musim semi tahun depan,” kata Yuichiro Tamaki, ketua oposisi Partai Demokrat untuk Rakyat (DPP), dalam sebuah wawancara dengan Reuters.

Setelah pemilihan umum Jepang pada 27 Oktober, partai Tamaki telah memperoleh pengaruh atas kebijakan pemerintah karena Partai Demokrat Liberal yang berkuasa berupaya mendapatkan dukungannya untuk mempertahankan kekuasaan.

Baca Juga :  Biden Membela Penarikan AS Dari Afghanistan

LDP dan mitra koalisinya Komeito kekurangan 18 kursi dari mayoritas di majelis rendah yang beranggotakan 465 orang, sementara DPP, yang mengadvokasi upah yang lebih tinggi dan pemotongan pajak penjualan dan pajak penghasilan negara, melihat jumlah kursinya meningkat dari tujuh menjadi 28.

Bank of Japan mengakhiri suku bunga negatif pada bulan Maret dan menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,25 persen pada bulan Juli dengan pandangan bahwa Jepang membuat kemajuan dalam mencapai target inflasi 2 persen secara berkelanjutan.

Bank tersebut mempertahankan suku bunga jangka pendek pada 0,25 persen pada pertemuan kebijakan hari Kamis tetapi mengatakan risiko seputar ekonomi AS agak mereda, menandakan bahwa kondisi mulai membaik untuk menaikkan suku bunga lagi.

Baca Juga :  Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin Ditangkap KPK

Namun, Tamaki mengatakan bahwa pada akhirnya perlu untuk menormalkan kebijakan moneter dan memungkinkan pasar berfungsi dengan baik.

Tamaki mengatakan mempertahankan kebijakan moneter yang longgar dapat menekan yen. “Namun, kekuatan ekonomi AS-lah yang membuat kesenjangan antara suku bunga AS dan Jepang tetap lebar dan kebijakan moneter tidak boleh digunakan untuk memanipulasi nilai tukar mata uang,” katanya.

Ia menolak berkomentar mengenai tingkat mata uang saat ini, tetapi mengatakan intervensi mata uang hanya berdampak jangka pendek, meskipun dapat bertindak sebagai pencegah pergerakan spekulatif.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top