Revitalisasi Industri Batik, Kemenperin Luncurkan Beragam Aplikasi

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi

Jakarta | EGINDO.com – Sebagai pusaka budaya, batik perlu terus dilestarikan keberadaannya sekaligus juga dikembangkan corak dan motifnya sesuai perkembangan zaman. Hal ini disampaikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X pada acara puncak Peringatan Hari Batik Nasional (HBN) 2024 di Candi Prambanan, beberapa waktu lalu. Gubernur DIY memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut yang dilaksanakan oleh Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB), unit kerja di bawah Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian.

Sri Sultan mendukung atas upaya revitalisasi progresif yang berkelanjutan di industri batik melalui rangkaian kegiatan yang sudah direncanakan. “Pendekatan revitalisasi yang mencakup aspek komprehensif harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan, baik dalam aspek sejarah, makna, keunikan, dan citra,” paparnya dalam siaran pers Kemenperin yang dilansir EGINDO.com pada Jum’at (1/11/2024).

Baca Juga :  Dolar Menguat, Yuan Melemah Setelah China Pangkas Suku Bunga

Menurut Sri Sultan, revitalisasi tersebut bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik belaka, tetapi harus menukik sampai ke akar yang substansial, dilengkapi pencitraan budaya lokal yang khas. “Aspek penting dalam revitalisasi adalah perlunya upaya lintas sektoral, multidimensi, multidisiplin dan, berkelanjutan,” imbuhnya.

Mengenai upaya revitalisasi industri batik, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita menekankan pentingnya untuk saling berkolaborasi dengan berbagai stakeholder. “Kolaborasi antar pelaku usaha, dengan bersama-sama memaksimalkan kekuatan yang dimiliki, akan berdampak pada pencapaian tujuan bisnis yang lebih efisien dan efektif,” kata Reni.

Menurutnya, kolaborasi itu dapat dilakukan dengan melibatkan pemasok bahan baku, distributor, pemerintah, akademisi, desainer, sentra IKM, serta Industri batik lainnya. Mengenai potensinya, saat ini terdapat 201 sentra industri batik yang tersebar pada 11 Provinsi. Di Provinsi DIY sendiri, terdapat 23 sentra industri batik. Sentra industri batik ini dapat menjadi mitra pemasok bahan baku, distributor, mitra pengembangan produk, dan tempat produksi komunal bagi IKM batik.

Baca Juga :  Transformasi Digital Menuju Green Industry Makanan Minuman

Sementara itu, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi menyebutkan bahwa batik bukan hanya sekadar kain bermotif indah, tetapi juga lambang identitas bangsa yang juga berkontribusi bagi negara Indonesia. “Batik telah menjadi subsektor industri yang semakin diperhitungkan di kancah internasional, di mana ekspor batik nasional menembus angka USD17,5 juta pada tahun 2023,” ungkapnya.

Kepala BSKJI mengemukakan, sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan pelestarian industri kerajinan dan batik, BBSPJIKB Yogyakarta telah menyiapkan beberapa aplikasi dan buku yang diluncurkan pada peringatan HBN 2024. “Aplikasi itu antara lain Ekosistem Batik dan Kerajinan, Syndi – Synthetical Dyes Indexation, dan Motif Batik Digital. Selanjutnya, BBSPJIKB akan mengirimkan buku Batik Lintas Nusa dan buku Ragam Motif Kerajinan Nusantara kepada 2.000 pelaku industri batik di seluruh nusantara,” ungkap Andi.

Baca Juga :  Rusia Serang Pelabuhan Danube, Harga Biji-Bijian Global Naik

Peluncuran aplikasi dan buku untuk pengembangan industri batik tersebut dilakukan dengan menyalakan Geni Pangudi dari Cawan Sidomukti, sebagai simbolisasi harapan agar masyarakat industri batik dan kerajinan bisa mendapatkan manfaatnya sebesar-besarnya dari keberadaan BBSPJIKB Yogyakarta.@

Rel/fd/timEGINDO.com

 

Bagikan :
Scroll to Top