Jakarta | EGINDO.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Climate & Air Quality Fair 2024 untuk menyosialisasikan produk-produk informasi kualitas udara, serta mendorong kolaborasi multipihak dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan kualitas udara guna mendukung pembangunan berkelanjutan. Kegiatan Climate & Air Quality Fair 2024 dibuka oleh Sekretaris Utama BMKG Dwi Budi Sutrisno didampingi Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, pada Selasa (15/10/2024) di Auditorium BMKG, Jakarta dalam siaran pers BMKG yang dilansir EGINDO.com pada Rabu (16/10/2024).
Salah satu fokus dalam Climate & Air Quality Fair 2024 adalah menyosialisasikan produk-produk layanan informasi kualitas udara BMKG, yang diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pemangku kepentingan dalam mengambil langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Salah satunya adalah Peringatan Dini Kualitas Udara Ekstrem, yang bisa diakses publik di https://iklim.bmkg.go.id/id/kualitas-udara-indonesia/
Climate & Air Quality Fair 2024 juga merupakan upaya BMKG untuk mendorong kerja sama lintas sektor dalam mengatasi perubahan iklim dan kualitas udara. Kolaborasi ini akan membawa dampak positif bagi pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Ardhasena Sopaheluwakan, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, mengatakan kualitas udara berkaitan erat dengan perubahan iklim. Perubahan iklim meningkatkan risiko menurunnya kualitas udara dan berdampak pada kualitas hidup manusia. “Kualitas udara yang buruk menimbulkan dampak turunan yang luas di berbagai sektor, mencakup kesehatan, ekonomi, lingkungan, dan kualitas hidup. Dampak ini memperkuat urgensi pengelolaan kualitas udara yang terpadu dengan aksi iklim,” kata Ardhasena.
Upaya itu sejalan dengan pencapaian target ke-3 Sustainable Development Goals (SDGs) yang berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan, serta target ke-13 yang berfokus pada penanganan perubahan iklim. Kedua target ini saling berkaitan dengan kualitas udara, mengingat polusi udara berdampak langsung pada kesehatan manusia dan juga berperan dalam perubahan iklim. Menurut Ardhasena Sopaheluwakan, mitigasi dan adaptasi terhadap dampak langsung dan dampak turunan dari perubahan iklim seperti kualitas udara, memerlukan kerja kolaboratif dari berbagai Kementerian/Lembaga Negara dan elemen masyarakat. Selama ini BMKG telah aktif menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, pada level internasional maupun nasional termasuk pemerintah daerah.
BMKG melalui Kedeputian Klimatologi juga telah menyediakan lebih dari 14 layanan informasi iklim terapan, yang dirancang untuk merespon kebutuhan di berbagai sektor. Pemantauan kualitas udara oleh BMKG mencakup konsentrasi partikulat di wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan, serta pemantauan GRK di berbagai lokasi, seperti Bukit Kototabang, Lore Lindu Bariri, dan Sorong.@
Rel/fd/timEGINDO.com