Filipina Menahan Lebih Dari 250 Orang Dalam Penggerebekan Pusat Penipuan

Pusat Penipuan digerebek
Pusat Penipuan digerebek

Manila | EGINDO.co – Pihak berwenang Filipina telah menahan lebih dari 250 orang, sebagian besar warga negara Tiongkok, dalam penggerebekan di sebuah tempat yang diduga sebagai ladang penipuan daring di Manila, kata pejabat penegak hukum pada hari Jumat (4 Oktober).

Polisi dan pihak berwenang lainnya menggerebek gedung kantor tersebut pada hari Kamis larut malam dan menemukan staf dengan ratusan telepon, komputer, dan kartu SIM lokal dan internasional yang telah didaftarkan sebelumnya, kata Komisi Anti-Kejahatan Terorganisasi Kepresidenan.

“Ini adalah tanda bahaya penipuan cinta yang mengorbankan warga negara asing,” kata komisi tersebut dalam sebuah pernyataan, mengacu pada skema di mana penipu berpura-pura memiliki perasaan romantis terhadap korbannya untuk mendapatkan kepercayaan mereka dan akhirnya mencuri uang mereka.

Baca Juga :  Harga Minyak Naik Lebih Dari 2 Persen Pasokan Yang Terbatas

Kekhawatiran internasional telah berkembang atas ladang penipuan serupa di Asia, yang sering kali dikelola oleh korban perdagangan manusia yang ditipu atau dipaksa untuk mempromosikan investasi kripto palsu dan penipuan lainnya.

Pada bulan Juli, Presiden Filipina Ferdinand Marcos melarang semua bentuk operator permainan lepas pantai, termasuk pemegang lisensi permainan internet, setelah industri perjudian ditemukan terkait dengan penipuan keuangan, penculikan, prostitusi, perdagangan manusia, penyiksaan, dan pembunuhan.

Ribuan pekerja asing di perusahaan terlarang itu diberi waktu dua bulan untuk meninggalkan Filipina.

Dalam penggerebekan di Manila pada hari Kamis, 190 warga Tiongkok, dua warga Taiwan, dan 62 warga Filipina ditahan di kantor sebuah perusahaan bernama 3D Analyzer Information Technologies Inc.

Baca Juga :  Marcos Jr Diambang Kemenangan Bersejarah Pemilihan Presiden

Perusahaan itu dulunya memiliki lisensi permainan internet tetapi kemudian memberi tahu regulator bahwa mereka telah “menghentikan operasi”, kata Gilberto Cruz, direktur eksekutif komisi anti-kejahatan, kepada AFP.

“Kami mencari paspor atau visa kerja mereka, tetapi mereka tidak dapat menunjukkan apa pun kepada kami,” tambah Cruz.

Komisi akan bekerja sama dengan misi Beijing dan Taipei untuk membantu mengidentifikasi dan mengatur deportasi orang asing tersebut, kata pejabat tersebut.

Sementara itu, warga Filipina yang terbukti terlibat dalam kegiatan penipuan akan didakwa di pengadilan, imbuhnya.

Cruz mengatakan komisi tersebut juga akan mengajukan surat perintah kepada pengadilan untuk menggeledah komputer yang ditemukan di dalam kantor tersebut.

Baca Juga :  Pemegang Saham Unit EV Evergrande Setuju Restrukturisasi

Sumber ; CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top