Jakarta|EGINDO.co Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan 0,53 persen atau 40 poin pada akhir pekan lalu, menembus rekor tertinggi baru di level 7.721. Kenaikan ini diikuti oleh pembelian bersih (net buy) investor asing sebesar Rp1,33 triliun. Saham-saham yang paling banyak dibeli oleh investor asing meliputi BBRI, BBNI, BMRI, BBCA, dan TLKM.
Namun, pada hari ini IHSG diperkirakan akan mengalami koreksi. Fanny Suherman, Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, memprediksi bahwa koreksi ini terjadi karena data tenaga kerja Amerika Serikat yang menunjukkan hasil beragam. Ia memperkirakan IHSG akan berada di level support antara 7.600 hingga 7.670, dengan level resistensi di kisaran 7.760 hingga 7.800.
Fanny juga menambahkan bahwa terdapat kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) akan menurunkan suku bunga, demikian pula dengan Bank Indonesia. Penurunan suku bunga ini berpotensi mendorong masuknya modal asing ke pasar saham Indonesia.
Data tenaga kerja Amerika Serikat yang dirilis akhir pekan lalu memperlihatkan penambahan 142 ribu pekerjaan pada bulan Agustus 2024, dengan revisi turun pada bulan Juli menjadi 89 ribu pekerjaan. Hal ini berdampak pada penurunan bursa saham di Amerika Serikat, termasuk saham-saham berkapitalisasi besar seperti Nvidia, Tesla, Alphabet, Microsoft, dan Apple yang turut melemah.
Penurunan ini tercermin dari anjloknya indeks saham utama di Wall Street, di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,01 persen, indeks S&P 500 melemah 1,73 persen, dan Nasdaq Composite jatuh 2,55 persen.
Di kawasan Asia-Pasifik, mayoritas bursa saham juga mengalami pelemahan akibat sentimen negatif dari data pekerjaan Amerika Serikat. Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 0,72 persen, Kospi Korea Selatan melemah 1,21 persen, dan CSI 300 di Tiongkok turun 0,81 persen. Sementara itu, bursa saham Hong Kong ditutup karena dampak Topan Yagi. Hanya indeks S&P/ASX 200 di Australia yang naik 0,39 persen, serta Taiex di Taiwan yang menguat 1,17 persen.
Sumber: rri.co.id/Sn