Jakarta|EGINDO.co Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mengumumkan adanya pengurangan subsidi energi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 sebesar Rp1,1 triliun. Pengurangan ini disebabkan oleh penyesuaian asumsi nilai tukar rupiah dari Rp16.100 menjadi Rp16.000 per dolar AS.
Kepala Pusat Kebijakan Anggaran BKF, Wahyu Utomo, menekankan bahwa pengurangan ini murni akibat penyesuaian kurs dan tidak terkait dengan rencana pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi seperti Pertalite dan Solar. “Tahun 2025 ini hanya karena faktor penyesuaian kurs. Belum ada arah ke pembatasan pembelian BBM,” ujar Wahyu setelah Rapat Kerja Badan Anggaran bersama Kementerian Keuangan pada Rabu, 4 September 2024.
Wahyu juga menyatakan bahwa jika nantinya terdapat pembatasan, hal tersebut bertujuan untuk memastikan subsidi tepat sasaran. Sementara itu, pada akhir Agustus lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa pembatasan kriteria penerima BBM bersubsidi rencananya akan mulai diterapkan pada 1 Oktober 2024.
Dalam Rapat Kerja tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan adanya sedikit perubahan pada perhitungan subsidi energi dalam RAPBN 2025 dibandingkan kesepakatan dengan Panja A pekan sebelumnya. Subsidi untuk BBM tertentu dan LPG 3 kg mengalami penurunan dari Rp114,3 triliun menjadi Rp113,7 triliun, yang sebagian besar disebabkan oleh penyesuaian kurs. Subsidi listrik juga berkurang dari Rp90,2 triliun menjadi Rp89,7 triliun.
Secara keseluruhan, total subsidi energi dalam kesepakatan Panja A adalah Rp203,4 triliun, turun Rp1,1 triliun dari yang diusulkan dalam RAPBN 2025. “Penurunan ini terutama disebabkan oleh perubahan kurs dari Rp16.100 menjadi Rp16.000,” jelas Sri Mulyani.
Pada Rabu, 4 September 2024, nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,12% ke level Rp15.508 per dolar AS dan terus menguat hingga mencapai Rp15.490 per dolar AS pada pukul 14.00 WIB. Namun, dengan mempertimbangkan dinamika ekonomi global dan ketidakpastian yang ada, pemerintah menetapkan asumsi kurs rupiah di Rp16.000 per dolar AS untuk tahun depan, yang bisa saja berubah sesuai dengan perkembangan kondisi.
Sumber: Bisnis.com/Sn