Jakarta|EGINDO.co Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kesadaran akan penurunan lifting minyak dan gas bumi yang terjadi sejak tahun lalu, serta sedikit ada harapan peningkatan pada tahun depan. Target lifting minyak bumi untuk tahun 2025 ditetapkan sebesar 600.000 barel per hari (bph), lebih tinggi dari proyeksi 2024 yang sebesar 592.000 bph, namun masih di bawah target awal 2024 yang mencapai 635.000 bph. Untuk lifting gas, targetnya adalah 1.005 ribu barel setara minyak per hari (rbsmph).
Pada tahun 2023, target lifting minyak dan gas masing-masing ditetapkan sebesar 660.000 bph dan 1.100 rbsmph. Namun, realisasi lifting minyak dan gas hanya mencapai 605.500 bph dan 960.400 rbsmph. Untuk mengatasi penurunan ini, pemerintah akan memberikan insentif fiskal melalui revisi Peraturan Pemerintah No. 27/2017 terkait cost recovery dan Peraturan Pemerintah No. 53/2017 terkait gross split.
Pemerintah juga akan fokus pada pengembangan infrastruktur energi terbarukan dan implementasi mekanisme transisi energi (ETM), energi terbarukan, serta bursa karbon. Anggaran untuk ketahanan energi, termasuk subsidi dan kompensasi, dialokasikan sebesar Rp421,7 triliun.
Penurunan produksi migas berkontribusi pada semakin melebaranya defisit neraca minyak mentah yang tercatat sebesar US$9,4 miliar pada tahun 2023. Selain itu, rendahnya lifting migas berdampak pada penerimaan negara dari sektor sumber daya alam yang mengalami kontraksi sebesar 6,4% YoY, menjadi Rp64,5 triliun per Juli 2024. Penurunan ini disebabkan oleh tertundanya operasi dan penyusutan produksi alami dari sumur migas utama yang telah menua.
Sumber: Bisnis.com/Sn