Johannesburg | EGINDO.co – Pemimpin Tiongkok Xi Jinping mengatakan kepada para pemimpin Afrika pada pertemuan di sela-sela KTT BRICS pada Kamis (24 Agustus) bahwa Tiongkok akan meluncurkan inisiatif untuk mendukung industrialisasi dan modernisasi pertanian di Afrika.
“Tiongkok akan memanfaatkan sumber dayanya dengan lebih baik untuk kerja sama dengan Afrika dan inisiatif dunia usaha untuk mendukung Afrika dalam mengembangkan sektor manufakturnya serta mewujudkan industrialisasi dan diversifikasi ekonomi,” kata Xi tanpa memberikan rincian.
Janji Xi tersebut disampaikan saat KTT BRICS berakhir, dalam pertemuan dengan para pemimpin dan menteri dari Uni Afrika dan 11 negara Afrika termasuk Libya, Nigeria, Senegal, dan Zambia.
Anggota BRICS – Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan – pada hari Kamis setuju untuk menerima enam negara baru termasuk Mesir dan Ethiopia.
Hal ini juga terjadi setelah diplomat utama Tiongkok di Afrika, Wu Peng, mengatakan awal pekan ini bahwa negara-negara Afrika ingin Tiongkok mengalihkan fokusnya dari pembangunan infrastruktur di benua itu ke industrialisasi lokal.
Beberapa analis mencatat bahwa pendanaan Tiongkok untuk infrastruktur telah menurun.
“Jika para pemimpin Afrika melobi Tiongkok untuk mengurangi pembiayaan proyek infrastruktur, mereka mendorong pintu terbuka,” kata Brad Parks, kepala AidData, sebuah laboratorium penelitian di universitas William & Mary AS yang melacak pinjaman dan hibah luar negeri Tiongkok.
“Pada tahun 2009, mereka mengeluarkan hibah dan pinjaman senilai US$88 miliar untuk mendukung proyek infrastruktur di Afrika. Namun, pada tahun 2021, komitmen hibah dan pinjaman untuk proyek infrastruktur di Afrika hanya berjumlah US$24 miliar,” kata Parks.
David Monyae, direktur Pusat Studi Tiongkok-Afrika di Universitas Johannesburg, mengatakan bahwa dengan kelebihan kapasitas di Tiongkok, masuk akal bagi perusahaan untuk memindahkan pabrik ke Afrika, seraya menambahkan bahwa banyak di antara mereka yang sudah memiliki kinerja baik di kawasan industri di Ethiopia dan Kenya.
“Mereka bergerak cepat, siap, punya modal dan keterampilan. Bagaimanapun, mereka adalah penggerak pertama,” ujarnya.
Sumber : CNA/SL