Drama Musikal “Putri Runduk” Sibolga Pukau Penonton PRSU

Drama Musikal “Putri Runduk”

Catatan: Fadmin Malau

Acara Pagelaran Kesenian Daerah pada promosi pariwisata kota Sibolga di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) Medan tahun 2023 Sabtu (15/7/2023) malam di Panggung Keong, Kompleks Tapian Daya PRSU, Jalan Gatotsubroto Medan menampilkan Drama Musikal “Putri Runduk” yang sempat memukau penonton.

Tampilan Drama Musikal “Putri Runduk” yang ditonton ratusan penonton memenuhi pentas terbuka Panggung Keong diawali dengan film pendek tentang legenda Putri Runduk dan dilanjutkan dengan Drama Musikal “Putri Runduk” dibawakan dengan adegan-adegan menceritakan kisah Putri Runduk.

Kehadiran para artis dan actor di panggung terbuka itu mempersonifikasikan tentang sosok Putri Runduk yang kini ada tiga jalan posisinya saling berdekatan di Kota Sibolga, Jalan Putri Runduk, Jalan Janggi dan Jalan Datuk Itam.

Ketiga jalan itu merupakan legenda Kota Sibolga. Legenda tentang cinta segi tiga antara ketiganya. Kisah tragis berakhir dengan hilangnya sang Putri Runduk dan tewasnya sang Raja Janggi.

Drama Musikal “Putri Runduk” ditampilkan Putri Runduk dikejar Raja Janggi, dalam pelarian peralatan dibawa rombongan Puteri Runduk berceceran di laut yang kini ditemui nama pulau sesuai nama barang yang tercecer seperti Pulau Nasi Situngkus, Pulu Sendok, Pulau Baka, Pulau Ungge dan lainnya.

Tugu Putri Runduk di kota Sibolga

Raja Janggi terus mengejar Putri Runduk sampai ke Pulau Mursala dan nyaris dapat, seketika itu pula Puteri Runduk mencabut senjata sakti di pinggangnya berupa akar bahar dan memukulkan senjata berbentuk tongkat ke kepala Raja Janggi. Lantas Raja Janggi terlempar dan muncul pulau yang kini bernama Pulau Janggi dan menjadi batu di pulau itu.

Dalam Drama Musikal “Putri Runduk” itu Raja Janggi tewas, pasukan Raja Janggi terus mengejar, Putri Runduk kehabisan tenaga dan tidak ingin ditawan maka ketika Pulau Mursala yang ada air terjunnya, melompat ke laut dan hilang tak bekas. Konon kabarnya muncul di pantai selatan pulau Jawa, menjadi ratu pantai selatan.

Pada awal Drama Musikal “Putri Runduk” ditampilkan pembantu setia Putri Runduk bernama Sikambang Bandohari seorang pemuda anak nelayan miskin mengetahui Putri Runduk hilang ditelan gelombang laut, merataplah Sikambang dengan sedihnya.

Baca Juga :  Menyongsong Cap Go Meh, Musim Tanam Dimulai

Ratapan Sikambang kini menjadi legendaris kesenian Sikambang. Sedangkan Putri Runduk legenda dipercaya masyarakat Sibolga yang menceritakan kecantikan seorang putri berkuasa di pulau Mursala sebagai tahta kerajaannya.

Para artis dan actor di panggung terbuka itu mempersonifikasikan tentang sosok Putri Runduk

Namun, dalam Drama Musikal “Putri Runduk” di Panggung Keong, Kompleks Tapian Daya PRSU, Jalan Gatotsubroto Medan malam itu belum ditampilkan secara lengkap yakni dimana peristiwa itu melahirkan bait pantun sebagai berikut: Pulau Puteri Pulau Panginang// Katigo Pulau anak Janggi// Lapik putih bantal bamiang// Racun bamain dalam hati// Labek lah hujan di Mursala// Kambanglah bungo dalam rimbo// Bintang di langit punyo salah// Ombak di lawik namanarimo// Pulau Talam Pulau Tarika// Katigo pulau si lipek kain// Saoh putus pandarek patah// Haluan bakisar ka nan lain.

Kecantikan Putri Runduk termasyhur keseluruh negeri sampai ke manca negara, banyak Raja dan Pangeran ingin mempersuntingnya. Legenda Putri Runduk dipercaya masyarakat Sibolga sebagai cikal bakal lahirnya kesenian pesisir Sibolga dengan nama Kesenian Sikambang dari nama seorang dayang Putri Runduk.

Banyak raja dan pangeran ingin menjadikan sebagai permaisuri, tetapi Putri Runduk telah terpaut hatinya dengan datuk dari negeri Sorkam bernama Datuk Itam. Hubungan Putri Runduk dengan Datuk Itam tak berjalan mulus karena dipisahkan jarak dan adat istiadat negeri sehingga bak kata pepatah, “Jauh dimata, dekat di hati”

Sampai suatu ketika Putri Runduk di Pulau Mursala didatangi Raja Janggi oleh masyarakat Sibolga dipercaya Raja dari Benua Eropa.

Dayang Sikambang selalu menghibur Putri Runduk, “Dayang-dayangku, pukul gendang dengan jari, ambil selendang mari menari,” kata Putri Runduk.

Putri Runduk tersenyum menyaksikan kecantikan dayang-dayangnya menari. Tiba-tiba seorang pengawal Putri Runduk datang dan berkata, “Ampun Tuan Putri disana di perairan kita ada sebuah kapal berhenti, hamba tidak tahu, siapa, dari mana dan untuk apa mereka kemari”

Baca Juga :  3 Tewas, Puluhan Terjebak Bangunan Runtuh Di India

Ketika kapal berhenti, turun seorang raja bersama para pengawalnya memasuki Pulau Mursala. Kedatangan mereka disambut para pengawal Putri Runduk, “Duhai Tuanku, siapakah tuanku? Dari mana Tuan berasal dan untuk apa Tuan kemari?”

“Hai pengawal. Aku adalah Raja Janggi dari Eropa, katakan pada Tuan Putri mu, aku ingin mensuntingnya dan menjadikannya permaisuri”

“Maaf tuanku, berlayar ke negeri seberang, ikat kuda dengan temali, bila tuan ingin meminang, penuhi dulu adat negeri kami”

Raja Janggi marah, “Tak perlu adatmu, kuinginkan Tuan Putri mu, sampaikan pada Tuan Putrimu menghadapku”

“Maaf Tuanku, Putri Runduk putri bestari, dipuja orang diseluruh negeri, jika Tuan tak patuhi adat negeri, langkahi dulu mayat kami”

Mendengar ucapan pengawal Putri Runduk, Raja Janggi marah dan memerintahkan pengawalnya menyerang, terjadilah pertempuran. Dari singgasana Putri Runduk melihat kejadian itu dan turun menemui Raja Janggi, “Duhai, siapakah Tuan? Dari mana asal Tuan dan untuk apa Tuan melakukan semua ini”

Melihat Putri Runduk, Raja Janggi terpana kecantikan sang putri. Raja Janggi dengan sombong berkata, “Aku Raja Janggi dari Negeri Eropa, datang kemari untuk mempersunting Tuan Putri”

Mendengar ucapan Raja Janggi, Putri Runduk mencari akal menghindari tujuan Raja Janggi, “Baiklah Tuanku, jika itu keinginan Tuan, ada satu syarat, jika syarat itu tuan penuhi, aku bersedia menjadi permaisuri”

Raja Janggi menyambut keinginan Putri Runduk, “Katakan apa syaratnya”

Putri Runduk mengajukan satu syarat, “Tariklah negeriku ini sampai ke dekat Sorkam dalam waktu satu malam, bila Tuan berhasil aku bersedia menjadi permaisuri Tuan”

Raja Janggi menyanggupinya, “Alangkah mudah syaratmu Putri Runduk, jangankan satu malam sebelum fajar menyingsing, negerimu merapat dengan Sorkam”

“Baiklah Tuan, laksanakanlah, jika Tuan tak berhasil tinggalkan negeriku”

Raja Janggi menghimpun kekuatan dimilikinya untuk menarik Pulau Mursala merapat ke Sorkam. Pulau Mursala bergeser, Putri Runduk takut ternyata Raja Janggi sanggup memenuhi syaratnya.

Melihat Putri Runduk takut, dayang-dayang Putri Runduk berkata, “Ampun Tuan Putri, bagaimana jika kita tokok lesung dengan alu, agar ayam berkokok seolah hari telah pagi”

Baca Juga :  Presiden Jokowi Ke Jepang Akan Hadiri KTT G7

Putri Runduk menyetujuinya. Lesung dan alu ditokok berkali-kali, ayam terbangun dan berkokok mengira telah pagi hari.

Putri Runduk berkata, “Duhai Tuan Raja Janggi, ternyata Tuan tak bisa memenuhi syaratku, karena negeriku belum rapat dengan Sorkam sedangkan hari sudah menjelang pagi”

Raja Janggi tertegun dan menyelidiki, “Bagaimana mungkin hari masih gelap, masih separuh malam”

Putri Runduk berusaha meyakinkan, “Mengapa Tuan tak percaya. Dengarkanlah suara kokok ayam bersahut-sahutan, pertanda pagi akan menjelang”

Raja Janggi marah, “Engkau curang Putri Runduk, sengaja membangunkan ayam-ayam itu agar berkokok seolah hari sudah pagi”

Putri Runduk terkejut, takut dan bersiap melakukan perlawanan. Raja Janggi menyerang Putri Runduk, terjadilah pertempuran hebat. Putri Runduk terdesak, mengibaskan selendangnya ke Raja Janggi membuat Raja Janggi sempoyongan.

Adegan terjadinya pulau-pulau di teluk tapian Sibolga

Putri Runduk melarikan diri dengan membawa perbekalan Bakul, Nasi Sebungkus, Sendok, Selendang Panjang, Talam dan Sebongkah Karang. Raja Janggi sadar dan mengejar Putri Runduk. Akibat kelelahan, perbekalan Putri Runduk berjatuhan satu per satu ke laut.

Menurut legenda perbekalan yang jatuh itu pertama Bakul maka jadilah Pulau Baka, jatuh Nasi Sebungkus jadilah Pulau Nasi Situngkus, jatuh sendok jadilah Pulau Sendok, jatuh Selendang Panjang jadilah Pulau Panjang, jatuh Talam jadilah Pulau Talam dan akhir jatuh Sebongkah Karang jadilah Pulau Karang.

Pulau-pulau itu kini ada di teluk tapian nauli Sibolga. Menurut legenda setelah semua perbekalan berjatuhan, Raja Janggi hampir menangkap Putri Runduk tetapi Putri Runduk mencebur ke dalam laut, muncullah Pulau Putri.

Dalam pelariannya, Putri Runduk terus diikuti Burung Ungge kesayangannya, ketika Putri Runduk mencebur ke dalam laut, burung tersebut ikut maka menjelma sebuah pulau dikenal masyarakat Sibolga sebagai Pulau Ungge.

Cerita Legenda Putri Runduk yang ditampilkan dalam Drama Musikal “Putri Runduk” malam itu cukup bagus sehingga memukau penonton dimana pesan sesungguhnya dari legenda Putri Runduk bahwa tidak baik bertindak sewenang-wenang karena memiliki kekuasaan dan kegigihan seorang putri mempertahankan harga diri dan kesetiaan cintanya rela berkorban jiwa dan raga.@

***

Bagikan :
Scroll to Top