Kemenkes: Penyakit Antraks Bisa Menjadi Senjata Biologis

ilustrasi-penyakit-antraks

Jakarta|EGINDO.co Kasus penyakit antraks dalam beberapa hari ini kembali menjadi sorotan karena telah menimbulkan korban jiwa di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ungkap jika kasus antraks hampir tiap tahun dilaporkan.

Begitu pun di wilayah Gunungkidul, spora antraks diketahui dapat bertahan lama bahkan hingga puluhan tahun.

Di luar itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi singgung jika antraks bisa dijadikan senjata biologis.

Mengingat dampaknya yang cukup cepat dan bisa mematikan, apalagi untuk antraks yang bertipe pernapasan.

Jenis antraks satu ini memiliki tingkat case fatality rate hingga 80 persen.

“Adanya antraks itu bisa menjadi bio- weapons (atau) senjata biologis. Mungkin teman-teman pernah dengar antraks bisa digunakan teroris untuk meneror suatu wilayah,” ungkapnya pada konferensi pers virtual, Minggu (9/7/2023).

Baca Juga :  Australia Upaya Dialog Terpisah Sengketa Wine Dengan China

Oleh karena itu, menurut dr Imran, kewaspadaan perlu ditingkatkan bersama, terutama untuk di daerah-daerah endemis.

“Sehingga sekali lagi kami menyampaikan bahwa yang tadi masalah hewan mati itu jangan dikonsumsi. Itu sangat penting dipatuhi,” tegasnya.

Ada beberapa gejala antraks pada hewan yang mesti diwaspadai.

Di antaranya berupa demam tinggi pada awal infeksi, gelisah, kesulitan bernapas, kejang, rebah, dan berujung kematian.

Gejala lain yang biasa terjadi seperti perdarahan di lubang hidung dan mulut hewan.

Tidak jarang hewan ternak mengalami kematian mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis.

Hewan yang mati akibat penyakit ini perlu dibakar atau dikubur untuk mencegah penularan.

Tidak boleh dibedah atau disembelih untuk mencegah penularan.

Baca Juga :  Kemenkes: Vaksinasi Bagi Calon Jamaah Haji Selesai Mei

Sumber: Tribunnews.com/Sn

Bagikan :
Scroll to Top