Medan | EGINDO.co – Para dosen Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan mengenalkan manfaat Eco-Enzyme dan memberikan pelatihan pembuatan Eco-enzyme kepada petani bawang merah yang terhimpun dalam kelompok tani Mekar Jaya dan kelompok tani Mawar di Desa Tongging Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.
Para dosen Faperta UMSU itu Hadriman Pasaribu, Alridiwirsah, M. Thamrin, Asritarni Munar dan lainnya pada Selasa (20/6/23) lalu mengenalkan manfaat Eco-Enzyme dan melalukan pelatihan pembuatan Eco-enzyme kepada petani bawang merah.
Ketua tim pelaksana kegiatan Dr. Ir. R. Sabrina menjelaskan penting memperhatikan lingkungan hidup karena lingkungan hidup bukan hanya untuk saat ini, akan tetapi juga diperuntukan bagi generasi mendatang.
Untuk itu katanya Eco-enzyme merupakan salah satu bahan organik hasil fermentasi limbah organik dapur yang mempunyai banyak manfaat untuk alam dan manusia. Manfaat eco-enzyme untuk pertanian adalah sebagai herbisida alami dan pestisida alami, filter air, pupuk alami untuk tanaman. Dari sisi lingkungan manfaat diharapkan dapat mengembalikan fungsi ekosistem di pertanian dan juga di perairan.
Sementara itu sesi memperkenalkan eco-enzyme kepada petani bawang, tim diwakili Dr. Ir. Asritarni Munar dimana katanya bawang merah merupakan komoditi pertanian yang paling banyak diusahakan petani dan bawang merah merupakan komoditi unggulan bagi masyarakat Desa Tongging, maka nantinya pembuatan ecoenzyme yang berasal dari limbah tanaman bawang dapat menjadi ecoenzym yang memiliki ciri khusus yang bisa dikembangkan di Tongging.
Sedangkan Hardiansyah Sinaga, menambahlan bahwa penggunaan pestisida dan herbisida sintetis di lahan-lahan pertanian sudah sangat tidak terkendali, sehingga sudah dipastikan bahwa lahan pertanian saat ini telah tercemar. Keadaan ini sangat sulit untuk dikendalikan.

Untuk itu katanya, sebelum dampak negatif timbul maka lingkungan harus diselamatkan dari pencemaran bahan kimia sintetis. Dengan menggunakan ecoenzyme, secara perlahan-lahan dapat memperbaiki lingkungan hidup.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Riswan menjelaskan pembuatan dan pemanfaatan ecoenzyme untuk petani binaan di wilayah kerjanya dengan berbagi pengalaman kepada kelompok tani di Tongging mulai dari pemanfaatan ecoenzym sebagai stimulan untuk pemupukan, penguat daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.
Riswan, yang juga alumni Fakultas Pertanian UMSU menjelaskan tentang dosis yang diajurkan penggunaan ecoenzyme untuk tanaman pertanian, yaitu 1 banding 600 yang artinya 1 liter ecoenzyme dilarutkan dengan 600 liter air untuk penggunaan di tanaman pertanian. Jika penggunaan 1 kep atau 1 tabung semprot solo 15 liter, cukup menggunakan ecoenzyme sebanyak 15-20 mililiter. Selain penggunaan untuk pertanian, Ecoenzyme juga dapat digunakan untuk membersihkan area dapur, mencuci piring, mencuci pakaian, mengepel lantai, membersihkan kamar mandi/kloset, membersihkan sayur dan buah, gosok gigi dan kumur, mencuci rambut, mandi dan cuci tangan, membersihkan udara, merendam kaki, mengobati luka dan membunuh bakteri.
Dalam kegiatan tersebut tim juga melatih petani untuk membuat ecoenzyme yang dilakukan sendiri. Para petani bawang merah membuat sendiri Ecoenzyme dengan bahan-bahan yang telah disiapkan sekitar lokasi seperti limbah sayuran, limbah buah jeruk manis dan limbah buah mangga. Hanya bahan molase/ tetes tebu yang dibawa dari Medan. Dengan bahan limbah sayur dan buah serta molase yang telah disiapkan, ecoenzym yang berhasil dibuat oleh peserta sebanyak 15 liter di dalam wadah botol galon.
Botol galon itu disimpan selama lebih 100 hari untuk dimanfaatkan bersama bagi anggota kelompok tani. “Ada potensi besar dari bahan-bahan organik yang tersedia di desa Tongging ini, apabila dikelola atau diolah oleh warga masyarakat dengan baik, maka dapat digunakan kembali menjadi barang yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi dan memberikan manfaat juga kepada lingkungan tentunya,” kata Riswan menegaskan.
Kepala Desa Tongging S. Sijabat menyambut baik kehadiran para Dosen UMSU dan katanya bawang merah masih merupakan komoditi yang paling banyak diusahakan oleh masyarakatnya di Tongging. “Lebih dari 30 Ha lahan di desa ini ditanami bawang merah, kami sangat terbuka dan mengharapkan adanya kajian terhadap pengembangan bawang merah baik dari segi budidaya maupun pemasarannya,” kata S Sijabat mengharapkan.
Ketua kelompok tani Mekar Jaya, Tuani beru Sembiring mengucapkan terima kasih dan harapannya dengan adanya kegiatan para dosen Pertanian UMSU dapat mengenal dan mampu membuat ecoenzyme yang nantinya akan dibuat para petani untuk kelestarian lingkungan.@
Fd/timEGINDO.co