Oleh: Fadmin Malau
Lapangan Merdeka di Kota Medan kini telah tiada, apa iya? Coba saja lihat di lapangan Merdeka itu sekelilingnya kini sudah tertutup rapat, sedang direvitalisasi katanya. Begitu mengelilingi jalan di sekeliling Lapangan Merdeka Medan tidak “merdeka” melihat lapangan Merdeka Medan, telah tertutup, telah tiada.

Berbeda dengan dahulu, masih “merdeka” melihat Lapangan Merdeka Medan. Dahulu semasa pemerintahan penjajahan Belanda lapangan itu diberi nama Esplanade dan pernah dijuluki “Taman Burung” karena memang banyak berbagai jenis burung mendarat dan terbang di lapangan itu, indah sekali.
Kemudian semasa pemerintahan penjajahan Jepang lapangan itu berganti nama menjadi Lapangan Fukuraido. Lantas ketika Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, di lapangan itu pada 6 Oktober 1945, Mr. Muhammad Hasan sebagai Gubernur Sumatra Timur mengumumkan kemerdekaan Republik Indonesia kepada seluruh masyarakat Kota Medan. Sejak itu jadilah nama lapangan itu menjadi Lapangan Merdeka.
Kini jangankan melihat berbagai jenis burung mendarat dan terbang di lapangan Merdeka itu, untuk melihat Lapangan Merdeka itu saja sudah tidak bisa lagi. Belum lagi menginginkan Lapangan Merdeka Medan itu sangat teduh karena rimbunnya dedaunan Pohon Trambesi yang bibitnya didatangkan Belanda ke Indonesia, ditanam mengelilingi Lapangan Merdeka Medan. Kini yang didapati gersang meskipun masih terlihat pepohonan Trambesi yang masih tersisa merenungi nasibnya antara hidup dan mati.
Jelas kini udara segar dan kenyamanan di kawasan Lapangan Merdeka Medan sudah hilang, berubah gersang sebab pohon-pohon Trambesi mengelilingi Lapangan Merdeka itu berjuang untuk hidup disela-sela korekan tanah disemua Lapangan Merdeka itu. Kini semuanya sudah banyak berubah.
Kini tinggal cerita masa lalu. Dahulu tahun 1970-an di jalan itu nyaris tidak ada debu yang berterbangan, kini debu jalanan diperparah dengan debu korekan lahan Lapangan Merdeka Medan semakin membuat gersang.
Masih cerita dulu, jalan yang mengelilingi Lapangan Merdeka itu sejuk dan ada pedagang penjual obat, ada tukang pangkas di bawah Pohon Trambesi dengan bangku papan bagi yang berpangkas. Jika petang dan pagi hari banyak anak-anak dan orang dewasa bermain bola di Lapangan Merdeka termasuk penulis kala itu masih kanak-kanak karena persis di belakang bangunan Hotel Granada, penulis tinggal bersama orangtua sampai tahun 1970-an.
Ceritanya setelah tahun 1970-an bangunan hotel itu dihancurkan dan berdiri bangunan baru Bank Mandiri di Jalan Pulau Pinang dan kemudian bangunan gedung itu dihancurkan lagi dan dibangun menjadi Menara Bank Mandiri.
Kembali lagi ceita dahulu, Lapangan Merdeka Medan dikelilingi bangunan yang menyatu dengan Lapangan Merdeka. Artinya kehadiran bangunan membuat Lapangan Merdeka oleh Snuyf seorang Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia menjadikan kawasan itu sebagai menentukan “titik nol” kilometer Kota Medan.
Sekeliling Lapangan Merdeka sangat indah dengan gedung-gedung antik maka pernah dijuluki dengan sebutan “Paris Van Sumatra” untuk Kota Medan. Sesungguhnya kawasan Lapangan Merdeka Medan dibangun Belanda sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk Kota Medan pada waktu itu dan pada masa mendatang maka sekeliling Lapangan Merdeka Medan itu ditanami Pohon Trambesi. Sangat luas RTH yang dibangun Belanda dibandingkan dengan jumlah bangunan yang ada di sekeliling Lapangan Merdeka serta tidak dibebani dengan aktivitas bisnis tetapi hanya untuk perkantoran pemerintahan.
Aktivitas bisnis dibuat di kawasan Kesawan Jalan Perniagaan untuk beraktivitas niaga dan bisnis. Ternyata Belanda membuat perencanaan (planning) jauh ke depan karena RTH itu ditanami tanaman Pohon Trambesi yang merupakan tanaman tahunan berusia bisa ratusan tahun sangat baik menyerap karbon dioksida.
Pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia sangat peduli dengan lingkungan maka perencanaan pembangunan yang dilakukan Belanda dimulai dari menata lingkungan yang asri dengan memperhatikan RTH. Lapangan Merdeka sebagai pusat RTH Kota Medan sehingga warga Kota Medan bisa hidup sehat, bernafas lega.
Sistem pembanguan berwawasan lingkungan dengan memikirkan kehidupan orang yang ada di sekitarnya. Ruang publik (masyarakat) sangat baik, mulai dari tempat parkir, tempat pejalan kaki dengan tersedianya udara bersih bagi masyarakat yang berada di ruang publik itu.
Pembangunan Kota Medan yang ditata Belanda melihat posisi antar bangunan yang dibangun Belanda memiliki perencanaan yang sangat bagus, tidak asal bangun tetapi memiliki pemikiran masa depan. Hampir semua titik pembangunan Kota Medan ada lapangan rumput hijau yang terbuka luas. Kearah barat Lapangan Merdeka, ada Lapangan Benteng dan begitu banyak lapangan rumput hijau yang terbuka luas dibangun Belanda di Kota Medan yang kini lapangan rumput hijau itu satu per satu sudah hilang, berdiri bangunan di atasnya.
Bila sekarang dikampanyekan pembangunan berwawasan lingkungan, ternyata era penjajahan Belanda tanpa ada kampanye pembangunan berwawasan lingkungan, Belanda telah melakukan pembangunan berwawasan lingungan yakni adanya kawasan Lapangan Merdeka Medan.
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan dilakukan Belanda sehingga semua lapisan masyarakat pada waktu itu merasakan fasilitas umum yang murah dan mudah diperoleh, berbeda dengan kini seperti melihat kondisi Lapangan Merdeka Medan.
Dahulu Lapangan Merdeka Medan dinikmati semua lapisan masyarakat dan berbagai kegiatan dilakukan di Lapangan Merdeka seperti “Pasar Malam” diselenggarakan secara rutin dan terakhir “Pasar Malam” di Lapangan Merdeka Medan dilaksanakan tahun 1964.
Wajar jika keindahan, keamanan dan kenyamanan difokuskan pada lokasi Lapangan Merdeka sebab pemerintah Belanda menjadikan sebagai RTH bagi semua lapisan masyarakat. Kawasan Lapangan Merdeka Medan dahulu sangat asri, sejuk dengan pohon-pohon Trambesi yang daunnya rimbun dan angin semilir berhembus menyejukkan suasana.
Kini katanya Lapangan Merdeka Medan direvitalisasi. Kalau direvitalisasi Lapangan Merdeka Medan harusnya kembali kepada bentuk semula dari Lapangan Merdeka Medan. Benarkah Lapangan Merdeka Medan kembali seperti bentuk semula?
Jika tidak maka Lapangan Merdeka Medan itu kini telah tiada, apa mau dikata, tiada lagi Lapangan Merdeka Medan.
***