Harga Minyak Jatuh Karena Dolar Yang Kuat Dan Inflasi Tinggi

Harga Minyak Datar
Harga Minyak Melemah

New York | EGINDO.co – Harga minyak turun sedikit di awal perdagangan Asia pada hari Jumat karena optimisme bahwa gagal bayar utang AS akan dihindari terbebani oleh data inflasi yang lengket yang dapat menandakan lebih banyak kenaikan suku bunga dari bank-bank sentral global.

Minyak mentah berjangka Brent turun 2 sen pada $75,84 per barel pada pukul 0015 GMT. Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 10 sen, atau 0,043 persen, menjadi menetap di $71,76.

Awal pekan ini, Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy menegaskan kembali tujuan mereka untuk segera mencapai kesepakatan untuk menaikkan pagu utang federal sebesar $31,4 triliun, dan setuju untuk berbicara secepatnya pada hari Minggu.

Baca Juga :  Minyak Melonjak,Kekerasan Di Timur Tengah Guncang Pasar

Optimisme akan tercapainya kesepakatan ditambah data yang menunjukkan klaim pengangguran awal yang lebih rendah dari perkiraan mendorong dollar AS pada hari Rabu ke level tertinggi sejak 17 Maret terhadap sekeranjang mata uang.

Dolar yang lebih kuat dapat membebani permintaan minyak dengan membuat bahan bakar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Yang juga membebani pasar adalah data inflasi yang terus-menerus tinggi dan komentar-komentar hawkish dari bank-bank sentral global.

Harga konsumen inti Jepang naik 3,4% di bulan April dari tahun sebelumnya, data pemerintah menunjukkan pada hari Jumat.

Kenaikan indeks harga konsumen inti, yang tidak termasuk makanan segar yang mudah berubah tetapi termasuk biaya energi, sesuai dengan perkiraan median pasar dan mengikuti kenaikan 3,1 persen di bulan Maret.

Baca Juga :  Minyak Naik, Pertahankan Keuntungan Karena Pasokan Berkurang

Inflasi AS tampaknya tidak mendingin cukup cepat untuk memungkinkan Federal Reserve menghentikan kampanye kenaikan suku bunganya, menurut dua pembuat kebijakan Fed.

Sementara itu, Wakil Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Luis de Guindos mengatakan bahwa ECB harus terus menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengembalikan inflasi ke target jangka menengah sebesar 2 persen meskipun sebagian besar pengetatan telah dilakukan.
Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top