Medan | EGINDO.co – Sebuah film lokal berbasis budaya Mandailing “Marlojong” setelah setahun suting akhirnya selesai penggarapannya. Film itu merupakan hasil kerjasama Manunggal Jaya Production dengan Universitas Muslim Nusantara (UMN) Alwashliyah Medan. “Dalam film ini sekitar 65 persen menggunakan bahasa daerah Mandailing dengan sub titel bahasa Indonesia,” kata Mansur Nasution selaku sutradara Kamis (27/04/2023) kepada EGINDO.co di Medan.
“Marlojong” bertema pendidikan dan memotret budaya “markusip” yang berlaku di kalangan muda-mudi di daerah pedalaman Mandailing. Adalah seorang pemuda kampung setempat bernama Sati, saat berlibur kuliah pulang dari kota menemukan tambatan hati bernama Duma. Hubungan mereka tak ada yang tahu karena mereka pacaran dengan cara “markusip”. Sehingga orangtua Duma menerima lamaran seorang pemuda bernama Gorga. Lamaran ini mendapat penolakan dari sejoli Duma dan Sati, sehingga mereka memutuskan kawin lari atau “marlojong”.
Film hampir seluruhnya menampilkan pemandangan alam tanah Mandailing. Dengan lokasi suting di Kecamatan Ulu Pungkut Kampung Huta Godang Madina.
Lakon diperankan oleh pemain asli daerah Sumatera Utara antara liain Adinda Handayani, Aril Lubis dan Musbar Soleman Siregar. “Pemainnya diboyong hampir dua pekan ke sana dan kini penggarapan termasuk proses editing sudah selesai,” ujar Mansur.

Selesainya film “Marlojong” ditandai dengan menggelar nonton bersama antar tim Manunggal Jaya Producton bersama UMN Alwashliah pada Ramadan lalu. Penayangannya berlangsung di Kampus UMN Alwashliyah dihadiri Rektor UMN Alwashliyah Dr.H.Hadi Mulyono KRT dan para wakil rektor dan senat.
Dalam kesempatan itu Mansyur Nasution selaku sutradara sekaligus penulis skenario film “Marlojong” menyampaikan dalam kata pengantarnya tentang proses pembuatan film ini. Katanya, pembuatan film memang agak lama. Dimulai dari penjaringan pemain, latihan pengalihan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Mandailing.
“Termasuk waktu suting menyesuaikan kesempatan para pemain dan kru. Tapi yang uniknya para pemeran sebagian bukan suku Mandailing termasuk pemeran utamanya adalah suku Jawa,” katanya.
Pesan lain dari film “Marlojong” mengingatkan kepada orang Mandailing di perantauan agar terkenang akan kampung halamannya. Dan untuk generasi muda bisa mengetahui sekelumit adat istiadat Mandailing, selanjutnya mau mempelajari tentang adat budayanya sendiri.
“Terima kasih kepada pihak UMN Alwashliyah yang telah sudi bekerja sama dalam memproduksi film ini,” tutur Mansur mengakhiri pengantarnya.
Rektor UMN Alwashliyah Dr.H.Hadi Mulyono KRT dalam sambutannya menyebutkan, memang benar beberapa bulan yang lalu pihaknya bertemu dengan pihak Manunggal Jaya Producton diwakili Mansyur Nasution dan Yan Amarni Lubis membicarakan film ini. “Saya menerima kerja sama pembuatan film yang berbasis kearifan lokal Mandailing yang menggunakan bahasa lokal daerah Mandailing dengan menggunakan teks bahasa Indonesia. Walaupun saya orang suku Jawa tapi suka dengan cerita tentang budaya adat kearifan lokal dan mendukung kegiatan seniman sepanjang itu kegiatan yang positif, “ujarnya.
Film “Marlojong” bukan kerjasama pertama UMN Alwashliyah dengan Manunggal Jaya Production. Sebelumnya flm komunitas” Sinandong Perawan” juga telah berhasil diproduksi bekerjasama dengan Forum Sastrawan Deliserdang dan Teater Serumpun.
Menyusul adalah “Janda Ulat Bulu” film pendek bergenre komedi satire karya dan sutradara Efendi Nolen. Kini dalam tahap survey lokasi suting.@
Rel/Nas/timEGINDO.co