Singapura | EGINDO.co – Harga minyak melonjak lebih dari US$5 per barel pada pembukaan perdagangan hari Senin (3 April), terguncang oleh pengumuman mengejutkan dari OPEC+ untuk memangkas produksi lebih lanjut dalam upaya mendukung stabilitas pasar.
Minyak mentah Brent mencapai level tertinggi dalam hampir satu bulan terakhir pada pembukaan perdagangan, diperdagangkan pada US$85,56 per barel pada 22.49 GMT, naik US$5,67 atau 7,1%.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menyentuh level tertinggi sejak akhir Januari dan berada di US$81,08 per barel, naik US$5,41, atau 7,2 persen.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, mengguncang pasar dengan mengumumkan pengurangan produksi sekitar 1,16 juta barel per hari pada hari Minggu. Kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ ini telah diperkirakan akan mempertahankan keputusan sebelumnya untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari hingga Desember.
Janji tersebut membawa total volume pemangkasan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta bph menurut perhitungan Reuters, setara dengan 3,7% dari permintaan global.
Akibatnya, Goldman Sachs menurunkan proyeksi produksi akhir 2023 untuk OPEC+ sebesar 1,1 juta barel per hari dan menaikkan proyeksi harga Brent menjadi US$95 dan US$100 per barel pada tahun 2023 dan 2024, kata para analisnya dalam sebuah catatan.
“Pemangkasan mengejutkan hari ini konsisten dengan doktrin OPEC+ yang baru untuk bertindak secara pre-emptive karena mereka dapat melakukannya tanpa kehilangan pangsa pasar yang signifikan,” kata bank tersebut.
“Meskipun mengejutkan, pemangkasan ini mencerminkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi yang penting dan kemungkinan pertimbangan politik.”
Goldman memperkirakan pengurangan produksi dapat memberikan dorongan 7 persen pada harga minyak, berkontribusi pada pendapatan minyak Saudi dan OPEC+ yang lebih tinggi.
Pemerintahan Biden mengatakan bahwa mereka melihat langkah yang diumumkan oleh para produsen tersebut sebagai langkah yang tidak bijaksana.
Sumber : CNA/SL