Bank Sentral Pakistan Naikkan Suku Bunga Acuan Ke Rekor 22%

State Bank of Pakistan
State Bank of Pakistan

Karachi | EGINDO.co– Bank sentral Pakistan tampaknya akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 200 basis poin ke rekor tertinggi 22% pada pertemuan tanggal 4 April mendatang, seiring dengan upaya untuk menurunkan inflasi yang membandel, demikian estimasi median dari jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters.

Delapan belas dari 20 ekonom dan pengamat pasar yang disurvei mengatakan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga, dengan 12 di antaranya memprediksi kenaikan 200 bps. Dua peserta jajak pendapat melihat suku bunga dinaikkan sebesar 100 bps, sementara empat peserta memperkirakan kenaikan 150 bps. Dua responden memperkirakan suku bunga tidak akan berubah.

Pertumbuhan harga konsumen di seluruh dunia telah memperparah inflasi yang tinggi di Pakistan yang disebabkan oleh melemahnya mata uang, kenaikan tarif energi dan kenaikan harga makanan karena Ramadan.

Inflasi berbasis harga konsumen terbaru mencatat kenaikan 31,5 persen dalam setahun di bulan Februari, tertinggi dalam hampir 50 tahun terakhir.

Harga makanan, minuman, dan transportasi telah melonjak lebih dari 45 persen dan Indonesia sedang dalam pembicaraan dengan IMF untuk mendapatkan dana talangan berikutnya senilai sekitar $1,1 miliar sebagai bagian dari kesepakatan dana talangan senilai $6,5 miliar yang dicapai pada tahun 2019.

Pada tanggal 2 Maret, State Bank of Pakistan (SBP) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 300 basis poin menjadi 20 persen, melebihi ekspektasi pasar, yang kemungkinan besar akan memenuhi persyaratan utama dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk pencairan dana talangan yang masih tertunda.

“IHK diperkirakan akan mencapai 34-36 persen karena kenaikan harga-harga makanan di bulan Ramadan. Indeks harga sensitif mingguan juga berada di level tertinggi sepanjang masa, yaitu 47 persen,” ujar Saad Habib, kepala ekuitas di Al Habib Capital Markets, sebuah perusahaan pialang di Karachi.

Bank Negara Pakistan telah menaikkan suku bunga sebesar total 10,25 persen sejak Januari 2022.

Shivaan Tandon, seorang ekonom di Capital Economics, memperkirakan inflasi akan meningkat lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang karena mata uang yang lebih lemah, pajak yang lebih tinggi, dan kelangkaan barang-barang utama terus memberikan tekanan ke atas pada harga.

“Para pembuat kebijakan juga akan berusaha untuk membuat IMF terkesan, dengan menunjukkan komitmen mereka untuk mengendalikan inflasi, untuk mendapatkan pendanaan yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko gagal bayar,” tambahnya.

Namun, beberapa ekonom merasa bahwa dengan kenaikan terakhir yang dilakukan sekitar sebulan yang lalu, bank sentral mungkin lebih memilih untuk menunggu untuk melihat dampak kenaikan suku bunga terhadap perekonomian sebelum melakukan pengetatan lebih lanjut.
Sumber : CNA/SL

Scroll to Top