IOPC, Industri Kelapa Sawit Hadapi Tantangan Kompleks

International Oil Palm Conference (IOPC)
International Oil Palm Conference (IOPC)

Bali | EGINDO.co – Industri kelapa sawit menghadapi tantangan yang kompleks dan bervariasi pasca pandemi Coronavirus (Covid-19) yang telah memengaruhi situasi ekonomi global melalui krisis kesehatan, sosial, dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Krisis pangan dan energi global yang muncul akibat pandemi Covid-19 juga menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi industri kelapa sawit.

Hal itu terungkap dalam International Oil Palm Conference (IOPC) “Coping The Matters, Ensuring The Future” yang berlangsung sejak 14 hingga 16 Maret 2023, di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Bali.

International Oil Palm Conference yang dihadiri oleh 900 peserta yang berasal dari 14 negara itu melihat krisis telah memengaruhi pasokan dan permintaan komoditas kelapa sawit akibat penurunan permintaan dan pembatasan mobilitas yang diberlakukan oleh banyak negara.

Peserta International Oil Palm Conference (IOPC) dari berbagai daerah foto bersama

Disamping itu, pembatasan mobilitas oleh banyak negara selama pandemi juga memicu kenaikan harga input produksi terutama pupuk, yang secara signifikan mendorong kenaikan biaya operasional produksi. Selain itu, dinamika geopolitik global juga berdampak pada industri kelapa sawit, terutama dalam hal perdagangan internasional dan investasi.

Kebijakan proteksionis, sengketa perdagangan dan ketidakpastian politik telah memperumit kondisi perdagangan global dan mempengaruhi keberlangsungan bisnis kelapa sawit. Perusahaan perkebunan dan pengolahan yang beroperasi di sektor kelapa sawit memiliki risiko baru yang harus dihadapi, karena tanggapan pemangku kepentingan terhadap berbagai isu keberlanjutan di sektor tersebut, termasuk kampanye negatif sawit yang dapat memengaruhi citra industri dan nilai jual produk kelapa sawit.

Pelaku usaha kelapa sawit yang abai atas isu keberlanjutan akan menghadapi sejumlah risiko yang lebih besar seperti kenaikan biaya operasional produksi, penurunan profitabilitas, dan kehilangan pelanggan atau pemodal.

Selain itu, volatilitas harga minyak sawit mentah dan produk turunannya di pasar global juga dapat memengaruhi keuntungan dan keberlangsungan bisnis kelapa sawit. Dalam menghadapi tantangan, pelaku usaha industri kelapa sawit perlu melakukan inovasi dan transformasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, serta memperkuat hubungan antar pemangku kepentingan.

Untuk itu, penting untuk mempromosikan praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasokan kelapa sawit. Melalui pertemuan ilmiah, diharapkan para pemangku kepentingan dapat membahas isu dan alternatif pemecahan masalah dalam menghadapi tantangan keberlanjutan industri kelapa sawit.

“IOPC merupakan konferensi internasional yang membahas perkembangan isu, riset dan gelar teknologi perkelapasawitan terkini yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali sejak 1998. Pada kesempatan ini, IOPC 2022 yang dibuka oleh Asisten Deputi Kehutanan dan Perkebunan Kementerian BUMN berbicara mengenai pentingnya untuk melanjutkan semangat keberlanjutan kelapa sawit untuk menjawab tantangan saat ini dan menjamin keberlanjutan industri kelapa sawit pada masa depan,” kata Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Dr. Ir. H. Muhammad Edwin Syahputra Lubis, SH, M.AgrSc pada Rabu (15/3/2023) di Bali.

Katanya, penyelenggaraan IOPC 2022 berkat dukungan dari sejumlah pemangku kepentingan. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) dan PT Perkebunan Nusantara III (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), ACGT Sdn Bhd, PT Saraswanti Anugrah Makmur, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, BIONEENSIS, PT Bumitama Gunajaya Agro dan lainnya.@

Fd/timEGINDO.co

 

Scroll to Top