Proyek Kapal Perang Malaysia, Jumlah Kapal Dikurangi Jadi 5

Proyek Kapal Perang Malaysia
Proyek Kapal Perang Malaysia

Kuala Lumpur | EGINDO.co Angkatan Laut Malaysia telah setuju untuk mengurangi pengadaan littoral combat ship (LCS) yang kontroversial dari enam menjadi lima unit menyusul keputusan Menteri Pertahanan Mohamad Hasan untuk melanjutkan proyek awal bulan ini.

Dalam konferensi pers pada Senin (30/1), Kepala Angkatan Laut Abdul Rahman Ayob mengatakan bahwa pesanan untuk gelombang pertama kapal telah ditetapkan menjadi lima unit setelah aplikasi angkatan laut dibahas lagi dengan pemerintah.

Awalnya enam unit, tapi ketika kami mengajukan ulang dan membahasnya lagi, kami sepakat untuk menguranginya menjadi lima unit. Jadi, untuk gelombang pertama sudah ditetapkan lima (unit),” ujarnya.

Ketika ditanya lebih lanjut kapan pengurangan jumlah kapal disepakati, Abdul Rahman mengatakan: “Keputusan ini dibuat beberapa waktu lalu ketika pemerintah memutuskan untuk melanjutkan proyek LCS (tahun lalu).”

Mr Abdul Rahman juga menegaskan bahwa kemajuan proyek LCS telah baik, menambahkan bahwa perjanjian tambahan pada proyek tersebut akan segera ditandatangani.

Baca Juga :  PM Anwar : Penunjukan Kabinet Malaysia Hampir Selesai

Ini, katanya, akan memungkinkan proses berikut berlangsung dan konstruksi dapat dilakukan sesuai rencana.

Tidak apa-apa sekarang. Tidak ada yang mengejutkan. Kami juga berharap mendapatkan kapal-kapal ini sesuai jadwal. Kami benar-benar kekurangan aset berkapasitas tinggi seperti LCS.

Dengan hadirnya LCS, dapat membantu kami untuk memperkuat (kemampuan kami) dan menjalankan tugas kami dengan sangat baik,” tambahnya.

Pada 5 Januari, Mohamad Hasan mengatakan bahwa gelombang pertama dijadwalkan berlayar paling cepat Juli 2024.

Kami akan mendasarkan pertimbangan kami murni pada basis komersial. Kami ingin memastikan kapal selesai.

Kalau tidak enam-enam, cukup empat saja asalkan selesai selama masa jabatan saya di MINDEF,” ujarnya seperti dikutip Bernama saat menyampaikan pesan tahun barunya di markas Kementerian Pertahanan (MINDEF).

Baca Juga :  Malaysia Tambah Penerbangan Ke Amerika Serikat

Mr Mohamad juga mengatakan bahwa proyek pengadaan RM9 miliar (US$2 miliar) merupakan aset penting bagi negara.

Kementerian Pertahanan diharapkan menerima alokasi RM17,4 miliar dalam Anggaran 2023, yang dijadwalkan akan diresmikan pada Februari.

Pada Agustus tahun lalu, Komite Akun Publik (PAC) parlemen Malaysia mengajukan laporan tentang pengadaan kapal kombatan pesisir, dua tahun setelah memulai penyelidikan atas kontrak RM9 miliar.

Panitia mengatakan proyek untuk membangun enam kapal diberikan oleh Kementerian Pertahanan kepada Galangan Kapal Angkatan Laut Boustead melalui negosiasi langsung. Pemerintah telah membayar RM6,08 miliar atau 66,65 persen dari biaya sejauh ini.

Namun, Ketua PAC Wong Kah Woh mengatakan, satu kapal LCS pun belum diserahkan.

Menurut timeline kami, lima kapal LCS seharusnya sudah selesai dan diserahkan kepada kami pada Agustus 2022,” kata Mr Wong yang saat itu menjabat sebagai Anggota Parlemen Ipoh Timor.

Baca Juga :  Suhendra Wiriadinata: Pulp Dan Kertas, Industri Strategis

Masalah ini pertama kali menarik perhatian publik pada Agustus 2020 saat penyampaian laporan auditor jenderal tahun 2019 di parlemen. Secara keseluruhan, PAC mengadakan sembilan putaran persidangan dari November 2020 hingga Maret 2022.

Di antara mereka yang dipanggil ke persidangan adalah mantan menteri pertahanan Ahmad Zahid Hamidi yang saat ini menjadi salah satu dari dua wakil perdana menteri di pemerintahan persatuan Perdana Menteri Anwar Ibrahim.

Juga dipanggil untuk proses tersebut adalah menteri pertahanan saat itu Hishammuddin Hussein yang memegang portofolio dari Mei 2013 hingga Mei 2018, mantan panglima angkatan laut Laksamana Abdul Aziz Jaafar dan pejabat dari anak perusahaan Boustead.

Mantan perdana menteri Najib Razak, yang merupakan pendahulu Ahmad Zahid untuk portofolio pertahanan, juga dikaitkan dengan skandal tersebut.

Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top