Beijing | EGINDO.co – China menghadapi tantangan yang semakin besar dalam perdagangan jasa internasional karena wabah COVID-19 mengekang mobilitas dan melemahnya permintaan eksternal membebani prospek operasi perusahaan, kata wakil menteri perdagangan negara itu pada Selasa (23 Agustus).
Wabah COVID-19 lokal telah membatasi pergerakan lintas batas, mengganggu perjalanan, konstruksi, dan pameran, kata Wakil Menteri Perdagangan Sheng Qiuping pada konferensi pers.
“Beberapa perusahaan perdagangan jasa menghadapi tantangan seperti pesanan yang tidak mencukupi dan kenaikan biaya, dan ekspektasi bisnis mereka tidak stabil,” kata Sheng menjelang China International Fair for Trade in Services (CIFTIS) mendatang.
“Khususnya, usaha kecil dan menengah, yang memiliki kemampuan relatif lemah untuk menangkal risiko, menghadapi tekanan yang lebih besar untuk bertahan hidup.”
Di tengah lesunya pemulihan ekonomi global, dia mengatakan perdagangan jasa China menghadapi risiko penurunan permintaan eksternal.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu nyaris menghindari kontraksi pada kuartal Juni karena penguncian COVID-19 yang meluas dan krisis properti berdampak besar pada kepercayaan konsumen dan bisnis. People’s Bank of China pada hari Senin memangkas suku bunga pinjaman untuk menghidupkan kembali pemulihan yang rapuh.
China akan mempercepat langkah pembukaan kembali dan mempromosikan daftar negatif untuk perdagangan jasa lintas batas, kata Sheng.
Menurut data Administrasi Devisa Negara, defisit perdagangan jasa negara itu mencapai US$7,9 miliar pada Juni, terbesar sejak Desember 2021.
CIFTIS yang disponsori pemerintah berlangsung di Beijing dari 31 Agustus hingga 5 September.
Sumber : CNA/SL