Jakarta | EGINDO.co – Semua tentu setuju bahwa Yogyakarta merupakan salah satu kota yang terkenal akan tempat wisatanya, sejarah yang kental, dunia kuliner yang menjadi daya tarik pengunjung hingga segudang misteri yang ada di yogyakarta.
Yogyakarta memang menyimpan daya tarik yang membuat siapa saja tersihir untuk kembali ke sana. Bagi Anda yang berencana menghabiskan waktu liburan pada libur lebaran ini di Kota Pelajar, ada baiknya kenali dulu sejarah, tradisi dan budaya, serta daya tarik Yogyakarta agar momen liburan Anda semakin berkesan.
1. Upacara Sekaten – Festival Sekaten, merupakan rangkaian kegiatan tahunan sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad yang diadakan oleh dua keraton di Jawa yakni Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta, acara ini biasanya di laksanakan pada tanggal 5 Maulid hingga tanggal 12 Maulid.
2. Grebeg Muludan – Acara ini akan di adakan setelah acara sekaten usai tepatnya pada tangal 12 Maulid, acara ini ditandai dengan adanya gunungan tinggi yang tersusun dari beras ketan, makanan pokok, sayur, serta buah-buahan yang dikawal oleh 10 macam Bregada (kompi) prajurit keraton: Wirabraja, Dhaheng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrirejo, Surakarsa, dan Bugis.
Arak-arakan ini dimulai dari Istana Kemandungan, melewati Siti Hinggil dan Pagelaran, sampai berakhir di Masjid Agung. Gunungan yang sudah didoakan selanjutnya dibagikan kepada masyarakat dengan harapan agar mereka mendapat berkah.
3. Siraman Pusaka – Upacara berikutnya yang masih rutin digelar di tanah Yogyakarta adalah Siraman Pusaka. Seperti Namanya, upacara ini diadakan untuk membersihkan segala macam benda pusaka yang terdapat di keraton kesultanan. Tradisi ini dilaksanakan setiap bulan Suro pada hari Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon.
4. Tumplak Wajik – Tumplak Wajik merupakan upacara yang menandai dimulainya proses merangkai gunungan atau simbol sedekah raja kepada rakyat.
Karena dalam setiap Garebeg tersebut keraton selalu mengeluarkan gunungan untuk dibagikan, maka dalam setahun tiga kali pula Keraton Yogyakarta menggelar upacara Tumplak Wajik, acara tumpak wajik di adakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad, Garebeg Sawal menandai akhir bulan puasa, dan Garebeg Besar untuk memperingati hari raya Idul Adha.
5. Sarapan – Saparan atau biasa disebut dengan istilah bekakak adalah tradisi Jawa yang dilaksanakan untuk mengenang jasa seorang yang konon katanya hilang secara misterius saat mencari batu gamping di Gunung Gamping bersama dengan istrinya.
Upacara ini dilaksanakan pada bulan Safar dalam kalender Jawa. Persembahan dalam upacara ini berupa replika sepasang pengantin yang terbuat dari tepung ketan dan cairan gula jawa sebagai bentuk pengorbanan warga sekitar terhadap penunggu Gunung Gamping.
6. Labuhan parangkusumo – Labuhan parangkusumo merupakan upacara adat yang dilakukan untuk memohonkan doa keselamatan dan membuang segala macam sifat buruk. Upacara Labuhan Parangkusumo sering diidentikkan dengan legenda Ratu Pantai Selatan dan Panembahan Senopati.
Labuhan sendiri memiliki makna membuang, meletakkan, atau menghanyutkan. Dalam pelaksanaannya, pihak Keraton Yogyakarya melabuh/menghanyutkan benda-benda tertentu yang disebut uba rampe labuhan di tempat-tempat tertentu atau yang disebut dengan petilasan.
Aturan atau mitos dari Kota Yogyakarta
1. Tidak boleh mengenakan pakaian berwarna hijau di Parangtritis – Pantai parangtritis merupakan daerah yang terletak 27 km selatan dari Kota Yogyakarta, lokasi yang berada di pantai selatan ini sering menjadi mitos yang sangat populer yang konon, kekuasaanya meliputi wilayah sepanjang pantai Samudera Hindia dari pesisir laut Ujung Kulon, Banten melewati Pangandaran yang berbatasan dengan Jawa tengah, terus ke Parangtritis, Yogyakarta sampai daerah Tapal Kuda, Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
Larangan mengenakan pakaian berwarna hijau saat berkunjung dikarenakan warna hijau adalah kesukaan dari Nyi Roro Kidul. Menurut dalam sejarah Nyiroro kidul adalah putri dari Prabu Siliwangi yang memerintahkan Kerjaan Pajajaran yang memiliki nama asli Lara Kadita yang memiliki arti Putri Nan Cantik dan Jelita.
Karena kecantikannya Ibu dan Lara kadita di fitnah oleh selir dari Prabu siliwangi sehingga mereka terpaksa di usir dari Kerajaan Pajajaran, dalam perjalanan Permaisuri meninggal dunia sehingga Putri Lara Kadita tetap melanjutkan perjalanan. Suatu ketika Ia bermimpi bertemu seseorang yang memberi nasihat agar sang Putri untuk terjun ke laut untuk mendapatkan kesembuhan, lalu sang putri bergegas pergi ke laut selatan hingga tenggelam.
2. Mengulek menghadap ke selatan – warga Gunungkidul sampai sekarang masih menerapkan ritual yang satu ini untuk menghormati Nyi Roro Kidul.
3. Pengantin dan orang sakit dilarang lewat perempatan Palbapang – Perempatan Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul yang konon pengantin tidak boleh melewati jalan tersebut dengan tangan kosong jika ingin melewati jalan tersebut pengantin wajib melemparkan ayam jago bahkan berkembangnya mitos ini orang sakit juga tidak boleh melewati jalan tersebut.
4. Pasar Bubrah Gunung Merapi – Pasar bubrah pada gunung merapi ini kerap menyimpan misteri mistis, jarak yang tidak jauh dari puncak gunung tersbut kerap menjadi tempat favorit bagi pendaki gunung untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan mereka.
Pasar Bubrah merupakan salah satu lokasi yang terkenal mistis, pasalnya para pendaki yang bermalam di lokasi tersebut kerap mendengar suara-suara orang bertransaksi atau mendengar suara gamelan di malam hari. Bahkan, ada yang pernah melihat penampakan di tempat ini.
Para pendaki yang sudah mencapai tempat ini, mereka dihimbau untuk menjaga perilaku dan perkataan. Dalam kepercayaan masyarakat di sekitar Merapi, apabila ada orang-orang yang tidak sopan kepada ‘makhluk’ yang mendiami tempat tersebut, mereka tidak segan-segan untuk menculik manusia.
IC/TimEGINDO.co