PM Kishida Beri Sinyal Stimulus Baru Meredam Biaya Energi

Stimulus Baru Meredam Biaya Energi
Stimulus Baru Meredam Biaya Energi

Tokyo | EGINDO.co – Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengisyaratkan paket stimulus baru pada Rabu (16 Maret), mengatakan pemerintah siap untuk mengambil langkah lebih lanjut untuk meredam pukulan ekonomi dari kenaikan biaya energi yang didorong oleh krisis Ukraina.

Sementara yen yang lemah memainkan beberapa bagian dalam menaikkan biaya impor di Jepang, inflasi komoditas global sebagian besar harus disalahkan untuk mendorong tagihan energi dan makanan, kata Kishida.

Dengan pemilihan majelis tinggi yang menjulang akhir tahun ini, Kishida berada di bawah tekanan dari para politisi untuk meningkatkan pengeluaran untuk meringankan rasa sakit bagi rumah tangga dan pengecer yang masih menderita akibat dampak pandemi virus corona.

Baca Juga :  Momota Pensiun Dari Bulu Tangkis Internasional Pada Usia 29 Tahun

“Kami perlu mengambil langkah lebih lanjut, semua tindakan yang tersedia, untuk melindungi ekonomi dan mata pencaharian masyarakat jika lonjakan harga terus berlanjut,” kata Kishida dalam jumpa pers.

Kantor berita Kyodo melaporkan pada hari Rabu bahwa Tokyo sedang mempertimbangkan untuk menyusun paket stimulus baru yang mencakup perpanjangan subsidi sementara yang diberikan kepada pedagang besar energi yang berakhir pada akhir bulan ini.

Koalisi yang berkuasa, bersama dengan oposisi Partai Demokrat untuk Rakyat (DPFP), pada Rabu sepakat untuk meninjau pembekuan “klausul pemicu” yang menghapus pajak bensin ketika harganya melebihi 160 yen (US$1,35) selama lebih dari tiga bulan, Sekjen DPFP Kazuya Shimba mengatakan.

“Pemerintah akan mempertimbangkan langkah paling efektif apa dalam mengatasi biaya bahan bakar yang lebih tinggi, termasuk kemungkinan mencairkan klausul pemicu,” kata Kishida.

Baca Juga :  KPK Panggil Pejabat Dinas PUPR Muba Terkait Kasus Dodi Reza

Klausul tersebut dibekukan pada tahun 2011 untuk mengamankan dana untuk membangun kembali Jepang setelah dilanda gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan.

Pemerintah berhati-hati untuk mencairkannya karena takut kehilangan pendapatan pajak, dan malah menawarkan subsidi sementara kepada pedagang besar energi untuk membatasi harga bensin.
Sumber : CNA/SL

Bagikan :
Scroll to Top