Jakarta | EGINDO.co – Harusnya Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) 100 persen saja sebab Coronavirus (Covid-19) sudah mengganas kembali di Jakarta, jangan lagi Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Hal ini dikatakan Dr. Rusli Tan, SH, MM seorang pengamat sosial, ekonomi kemasyarakatan kepada EGINDO Kamis (3/2/2022) di Jakarta sehubungan dengan terus bertambahnya jumlah terpapar Covid-19 di Indonesia. “Pasien Covid-19 sudah mencapai delapan belas ribu orang, menurut Menteri Kesehatan Indonesia mungkin akan mencapai enampuluh ribu orang,” kata Rusli Tan mengutip keterangan Menkes Indonesia.
Menurutnya, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) harus diberhentikan. Hari ini anak-anak sekolah masih melakukan pembelajaran tatap muka, belum ada pengumuman untuk pembelajaran jarak jauh atau online.
Faktanya sekarang ini semakin banyak guru dan murid di Jakarta yang terpapar Covid-19 maka harus cepat diambil tindakan antisipasi. “Gubernur DKI Jakarta, sudah mengusulkan PPKM level 3, kalau sudah PPKM 3 maka semuanya menjadi ketat dalam kegiatan termasuk sekolah dan terakhir Pemerintah Pusat memutuskan untuk DKI Jakarta pada PPKM level 2,” kata Rusli Tan memaparkan fakta yang ada.
Menurut Rusli Tan, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) harus dilaksanakan segera, belajar di rumah saja dengan sistem online akan lebih baik, lebih aman dari pada Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dari pada melakukan sistem 50 persen masuk atau sekolah dan 50 persen dari rumah.
Dinilainya dengan sistem 50 persen masuk atau sekolah dan 50 persen dari rumah akan menimbulkan kendala dalam ketersediaan alat yang sekolah harus investasi lagi dalam jumlah besar, menyediakan alat-alat yang belum tentu semua sekolah mampu melakukannya.
Andai juga mampu menyediakan alat-alat yang harganya mahal itu juga masih bermasalah dari segi keamanan sebab murid dan guru harus ke sekolah dan ketika di perjalanan guru dan siswa sulit untuk mengontrolnya, mengawasinya untuk tidak terpapar Covid-19 maka dari untuk itu yang terbaik pada saat Covid-19 mulai mengganas, baiknya kembali lagi sekolah online.
Ditegaskannya yang terbaik adalah antisipasi dan jangan terulang lagi kasus-kasus ledakan angka terpapar Covid-19 di Indonesia. “Harus antisipasi segera, mencegah penularan Coronavirus (Covid-19) dari pada terjadi lagi peledakan korban Covid-19 di Indonesia,” kata Rusli Tan mengingatkan.
Dimintanya pemerintah baiknya bertindak cepat sebab pemerintah sendiri yang menprediksi Covid-19 akan meningkat pada awal Februari dan awal Maret 2022 maka harus diiringi dengan tindakan nyata yang sejalan dengan prediksi itu sendiri.@
Fd/TimEGINDO.co