Jakarta | EGINDO.com – Varian Omicron sejak kemunculannya memang menyulut keresahan di dunia. Varian Omicron memang disebut lebih cepat menularkan dibandingkan varian Delta.
Menurut Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, ada struktur pada virus yang menyebabkan lebih cepat masuk ke dalam sel manusia.
“Setelah masuk pun perubahan sifat karena mutasi. Omicron bisa replikasi, menghasilkan partikel virus lebih besar. Kalau varian lain hanya satu partikel virus menghasilkan 50, Omicron bisa lebih banyak yaitu 100,” ungkapnya pada siaran Radio Elshinta, Senin (3/1/2021).
Hal ini lah yang menyebabkan penularan lebih cepat dan lebih banyak orang.
Tapi menurut Amin Soebandrio, dari mutasi terjadi virus itu justru tidak bisa menimbulkan berbagai kelainan berat.
“Kita ketahui mutasi terjadi pada virus itu tidak semua virus lebih fit. Sekitar 45 persen justru membuat virus mati, 30 persen lebih lemah, 20 persen tidak menyebabkan perubahan apa pun. Sedangkan 4-5 persen dari mutasi menyebabkan virus lebih fit,”kayanya lagi.
Dari sekian banyak virus SARS-CoV-2 yang bermutasi, ada sekitar 50 mutasi yang terefikasi di Omicron. Sehingga hal ini menyebabkan virus menjadi menurun.
“Jadi tidak menyebabkan gejala klinis yang berat. Itu salah satu secara alami selalu begitu. Kalau mengalami gejala berat, tidak menyebar lebih cepat,” papar Amin Soebandrio.
Amin Soebandrio pun mengatakan bawa karena tidak sakit, orang itu membawa virus kemana-mana.
“Termasuk jarak jauh tadi. Kita belajar dari virus lain. Kalau Ebola begitu terserang, meninggal, sehingga penyebarannya tidak jauh. Karena orang sakit tidak berjalan jauh atau sebagainya,” pungkasnya.
Sumber: Tribunnews/Sn