Masyarakat India Tolak Perkebunan Kelapa Sawit

petani
Petani sawit

Jakarta | EGINDO.co – Masyarakat India menolak Perkebunan Kelapa Sawit di Timur Laut. Para pemerhati lingkungan, akademisi, aktivis sosial dan petani di India menentang rencana pemerintah untuk memperluas produksi minyak sawit di negara bagian perbatasan timur laut.

Alasan penolakan karena diyakini tidak akan menguntungkan petani dan merusak lingkungan. Hal itu dikatakan petani sawit, Lalchhana Hmar.

Menurutnya tidak memperoleh keuntungan tahunan mencapai 30.000 rupee (US$ 400) menyusul penggunaan biaya untuk  pupuk, pestisida, buruh dan transportasi, perkebunan kelapa sawit tersebut berlokasi di Kolasib, sebuah distrik di Negara Bagian Mizoram, dekat dengan Myanmar.

Lalchhana Hmar berdalil justru rugi dan mau beralih ke tanaman pinang dan bamboo sebagaimana seperti dilansir Nikkei Asia.

Sementara itu, Departemen Pertanian Mizoram mendorong petani untuk membudidayakan kelapa sawit pada tahun 2006 lalu, menyediakan bibit gratis dan tangki air. Lalchhana Hmar mengakui dirinya termasuk orang pertama mengikuti program tersebut, tetapi dia mengalami kerugian dan tumpangsari dengan nanas juga tidak berhasil.

Agustus 2021, kabinet Perdana Menteri Narendra Modi menyetujui Misi Nasional Minyak Goreng, yang mempromosikan produksi kelapa sawit di timur laut dan di pulau Andaman dan Nicobar. Investasi 110 miliar rupee diumumkan untuk meningkatkan perkebunan kelapa sawit menjadi 1 juta hektar dari saat ini hanya seluas 34.000 hektar.

Saat ini hanya negara bagian timur laut yang memproduksi minyak sawit. Mizoram merupakan sentra perkebunan kelapa sawit terbesar dengan 28.000 hektar yang ditanami dibandingkan di daerah Nagaland yang hanya seluas 1.973 hektar.

Tercatat, India saat ini adalah importir minyak sawit terbesar di dunia dengan mengimpor sebanyak 7,2 juta ton minyak sawit mentah dan olahan senilai US$ 5,1 miliar pada tahun 2020, menurut data PBB. Dari jumlah tersebut, 93% berasal dari Indonesia dan Malaysia. Kedua negara tersebut menghasilkan sekitar 80% minyak sawit di dunia.

Sementara, sekretaris Masyarakat Petani Kelapa Sawit Distrik Kolasib, H. Larlintluanga, mendukung langkah pemerintah untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit, lantaran kata dia, biji minyak tradisional seperti wijen atau sawi bukanlah tanaman yang tahan lama, sementara Kelapa sawit menghasilkan buah selama 20 hingga 25 tahun, dan ada pasar untuk kelapa sawit di semua musim meskipun harganya terkadang rendah.@

Bs/NA/TimEGINDO.co

Scroll to Top