Oleh: Dr. Ir. H.M. Edwin Syahputra Lubis, M.AgrSc
Bagi tanaman keras seperti kelapa sawit, benih unggul sangat menentukan masa depan kelapa sawit. Semua tanaman keras atau tanaman tahunan membutuhkan benih unggul agar tidak mengalami kerugian. Benih unggul menentukan keberhasilan secara botani dan ekonomi.
Permintaan akan benih unggul kepala sawit terus meningkat. Hal itu terlihat dari penyaluran Kecambah Kelapa Sawit (KKS) oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sampai pada November 2021 sebanyak 30.893.376 bulir KKS dengan shere market terbesar nasional atau sebesar 32,16 persen terhadap 18 produsen sawit lainnya di Indonesia.
Dari penyaluran KKS itu terlihat konsumsi atau pemakai terbesar selama 6 tahun terakhir dari tahun 2015 hingga 2021 adalah perkebunan sawit rakyat. Dari data tahun 2021 penyaluran KKS kepada perkebunan petani sawit sebesar 73,72 persen, kemudian disusul oleh perkebunan swasta sebesar 12,03 persen, penggunaan internal sebesar 8,20 persen dan perkebunan negara 6,05 persen.
Sedangkan varietas paling diminati konsumen adalah varietas Simalungun, varietas PPKS 540 dan Yangambi. Dinilai penyaluran KKS meningkat secara signifikan pada tahun 2020. Meskipun tahun 2016 dan 2019 ada terjadi penurunan penyaluran KKS. Hal itu terjadi penurunan penyaluran KKS tahun 2016 disebabkan adanya rencana moratorium sawit sehingga pelanggan menjadi ragu-ragu untuk membeli kecambah sawit dan menahan ekspansi perkebunan kelapa sawit. Begitu juga dengan penurunan tahun 2019 disebabkan adanya moratorium penundaan perizinan pembukaan lahan baru untuk kelapa sawit, adanya pandemi Coronavirus (Covid-19) serta Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada berbagai wilayah sentra kelapa sawit sehingga menyebabkan permintaan KKS menurun.
Namun, pada tahun 2020, penyaluran KKS meningkat secara signifikan, hal ini diinisiasi oleh peningkatan harga Crude Palm Oil (CPO) dunia, adanya program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) minded sehingga permintaan KKS meningkat signifikan. Memang PPKS selalu menjadi produsen unggulan benih kelapa sawit, hal itu terbukti dari data lima tahun terakhir menunjukkan market PPKS semakin meningkat, dibuktikan dengan adanya peningkatan minat dan loyalitas konsumen kepada PPKS terutama oleh petani rakyat.
Berdasarkan data, petani yang paling banyak menggunakan kecambah PPKS berasal dari Propinsi Riau mencapai hampir 11 juta butir atau sebanyak 24% dari total kecambah yang disalurkan. Kemudian petani dari Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Jambi.
Sementara kecambah yang disalurkan kepada petani didominasi oleh varietas DxP Simalungun ada sebanyak 32%. Kemudian varietas DxP Yangambi, DxP PPKS 540, dan DyP SP-1 (Dumpy) masing-masing 25%, 18 % dan 14%.
Sedangkan varietas kelapa sawit produksi PPKS yang diminati petani adalah varietas DxP Yangambi, SP-1, Avros, Langkat, Simalungun, PPKS 540, PPKS 718 dan PPKS 239. Berdasarkan lokasi, kecambah disalurkan setiap regional berbeda-beda proporsi varietasnya. Varietas DxP Simalungun dominan pada regional Sumatera, Jawa dan Sulawesi – Papua. Regional Kalimantan yang dominan adalah DxP Yangambi.
PPKS Melangkah Bersama Sawit Rakyat
Sebaran Penyaluran Kecambah PPKS untuk Perkebunan Sawit Rakyat (PSR) sangat menggembirakan dimana PPKS sebagai lembaga riset perkebunan yang melakukan penelitian pada sektor hulu (pra panen) dan hilir (pasca panen) kelapa sawit, juga sebagai sumber benih yang mampu menyediakan bahan tanaman berupa kecambah untuk pekebun kelapa sawit.
Berdasarkan data yang ada selama kurun 5 tahun terakhir yakni tahun 2016 hingga tahun 2020 menunjukkan PPKS telah menyalurkan kecambah kelapa sawit sebanyak 45,5 juta butir kepada pekebun sawit rakyat (petani). Adapun persentase penyaluran kecambah terbanyak ada di pulau Sumatera yakni 73,7%. Kemudian pulau Kalimantan, Sulawesi-Papua dan Jawa masing-masing 20,2%, 5,8%, dan 0,3%.
PPKS melangkah maju dalam penggunaan bahan tanaman unggul kelapa sawit yang berkualitas merupakan upaya mewujudkan perkebunan kelapa sawit dengan produksi tinggi dan lestari (sustainable).
Memang Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai sumber benih resmi yang ditunjuk Pemerintah telah berkomitmen sebagai penyediaan benih sawit berkualitas baik, berdaya hasil tinggi, harga terjangkau, pelayanan cepat, penyediaan layanan purnajual dan pendampingan kultur teknis.
Komitmen itu diwujudkan PPKS dengan tiga program yang ditujukan untuk masing-masing stakeholder (pemegang kepentingan) yakni petani atau rakyat, perusahaan perkebunan dan penangkar benih tanaman. Program tersebut adalah Program Sawit untuk Rakyat (ProWITRA), Program Intensiikasi Sawit Bersama Mitra (ProMITRA) dan Program Penyaluran Benih untuk Penangkar (ProPAKAR).
Ketiga program tersebut menitikberatkan kepada upaya penyaluran bahan tanaman kelapa sawit sesuai dengan kebutuhan masing-masing stakeholder dan program pendampingan kultur teknis oleh para ahli yang dimiliki PPKS.
Program Intensiikasi Sawit Bersama Mitra (ProMITRA) untuk mendukung pengembangan industri kelapa sawit nasional, PPKS Medan meluncurkan ProMITRA, Program Intensiikasi Sawit Bersama Mitra. Kegiatan pendampingan budidaya dan pengolahan bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang menjadi mitra PPKS dalam penyediaan bahan tanaman.
Kegiatan pendampingan budidaya dan pengolahan kelapa sawit dilakukan para peneliti dan staf pelayanan PPKS yang memiliki pengalaman dalam berkonsultansi. Perusahaan kelapa sawit yang membeli bahan tanaman PPKS dalam jumlah tertentu akan diberikan pendampingan tanpa biaya (free of charge).
Adapun kegiatan pendampingan budidaya dan pengolahan kelapa sawit bagi perusahaan kelapa sawit yang membeli bahan tanaman PPKS dilaksanakan, pertama konsultasi budidaya dilakukan melalui media sosial (WhatsApp Group) untuk level asisten dan kepala kebun. Para staf dapat bertanya, berbagi informasi tentang permasalahan kultur teknis dan saran serta masukan dari tim PPKS.
Kedua, evaluasi terhadap pembibitan kelapa sawit milik perusahaan mitra, memberikan saran teknis terhadap kondisi bibit sehingga dapat diperoleh pertumbuhan bibit yang standar sebelum ditanam di lapangan.
Ketiga, overview kebun merupakan kegiatan untuk melihat gambaran umum kondisi kebun milik perusahaan mitra baik Tanaman Menghasilkan (TM) maupun Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) sehingga dapat diambil tindakan berupa problem solving terhadap permasalahan kebun yang memerlukan penyelesaian secara cepat.
Keempat evaluasi kebun dilakukan terhadap tanaman, kultur teknis, pemupukan dan identiikasi faktor pembatas dalam pencapaian produktivitas tanaman. Luaran dari evaluasi kebun untuk perbaikan kultur teknis dan peningkatan produktivitas tanaman.
Kelima, proyeksi produktivitas kelapa sawit merupakan layanan yang dikembangkan menggunakan analisis statistik guna mengestimasi target produksi dalam satu atau dua tahun ke depan. Program layanan sangat berguna dalam menghitung potensi kebun dan capaian target yang lebih realistis pada perkebunan kelapa sawit.
Keenam, tentang rendemen PKS untuk memberikan pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan kelapa sawit, identiikasi masalah dan analisis dalam pencapaian rendemen tinggi dan asam lemak bebas rendah di pabrik kelapa sawit.
Ketujuh, in house training diberikan kepada karyawan level mandor dan asisten kebun untuk pemahaman materi, falsafah kultur teknis, pemupukan dan pengendalian hama penyakit pada tanaman kelapa sawit.
ProPAKAR untuk Sawit Rakyat
Program Penyaluran Benih Sawit untuk Penangkar ProPAKAR merupakan program besar Pemerintah untuk Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) perlu didukung ketersediaan bibit kelapa sawit siap tanam yang berkualitas, tepat umur dan tepat lokasi.
Penyediaan bibit siap tanam dapat dilakukan melalui mekanisme waralaba dan penangkar bibit dan dikembangkan di sentra-sentra peremajaan atau wilayah yang berdekatan dengan sentra peremajaan. Pemetaan wilayah yang akan diremajakan menjadi penting dalam menentukan titik-titik pengembangan waralaba.
Penentuan titik waralaba dan penangkar diharapkan menjadi supporting business penyediaan benih untuk peremajaan pada Kabupaten dan Provinsi. Konsep usaha pembesaran benih kelapa sawit melalui waralaba dan penangkar sejalan dengan program Desa Mandiri Benih Kementerian Pertanian merujuk kepada membangun kemandirian penyediaan benih pada sebuah desa dengan melibatkan masyarakat.
Pewaralaba dan penangkar membeli dari sumber benih dan melakukan pembesaran benih kelapa sawit di wilayah tertentu di bawah pengawasan Dinas Perkebunan/UPTD dan sumber benih. Tantangan dalam pengembangan waralaba dan penangkar bibit kelapa sawit mencakup beberapa hal.
Pertama, keberadaan penangkar yang belum memiliki kemampuan dan integritas dalam melaksanakan kegiatan pembibitan.
Kedua, penyediaan modal awal yang cukup besar untuk investasi lahan, peralatan dan benih kelapa sawit.
Ketiga, pengawasan dalam penyaluran bibit siap tanam sesuai dengan kriteria dan prosedur yang telah ditetapkan.
Keempat, teknologi untuk memastikan kemurnian genetik benih. PPKS sebagai sumber benih kelapa sawit resmi telah mengembangkan program waralaba dan penangkar bibit kelapa sawit sejak 2003.
Dalam mendukung program PSR, program waralaba dan penangkar dari PPKS dikemas dalam bentuk ProPAKAR (Program Penyaluran Benih Sawit untuk Penangkar). ProPAKAR terdiri atas beberapa rangkaian kegiatan mencakup:
Pertama, penyaluran benih kelapa sawit kepada penangkar dan pewaralaba
Kedua, pemberian harga khusus bagi penangkar yang membeli benih sawit dalam jumlah tertentu.
Ketiga, pendampingan dan pemberian bantuan teknis pembibitan kepada penangkar dan pewaralaba.
Keempat, leksibilitas dalam mekanisme pembayaran untuk skema kerjasama waralaba bibit dan kelima sosialisasi tentang praktik kultur teknis kelapa sawit yang baik (good agricultural practices) kepada petani dan kelompok tani.
***
Penulis Direktur dan peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, pemerhati masalah sosial ekonomi pertanian.