Jakarta | EGINDO.co – Eka Tjipta, dari berjualan Biskuit hingga menjadi orang nomor dua terkaya di Indonesia. Keluarga Wijaya menjadi nomor 2 dari 10 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Majalah ekonomi, bisnis, dan finansial Amerika Serikat Forbes menghimpun dan merilis daftar orang terkaya di Indonesia pada 2021.
Eka Tjipta Widjaja merupakan konglomerat dengan bisnisnya di bawah bendera Sinarmas. Eka Tjipta Widjaja tutup usia pada 16 Januari 2019 lalu itu kini menjadi sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Kini bisnis Eka Tjipta dijalankan oleh anak-anaknya.
Sebelum menjadi konglomerat, Eka Tjipta memiliki kisah panjang dalam membangun bisnisnya datang merantau ke Indonesia, tepatnya Makassar pada usia 9 tahun menyusul ayahnya yang sudah lebih di Indonesia. Ayahnya memiliki usaha toko kecil-kecilan. Eka yang memiliki nama kecil Ek Tjhong saat itu lebih tertarik untuk membantu ayahnya jualan ketimbang sekolah.
Eka menjual barang dagangannya keliling kampung, bukan hanya sekedar menjaga toko. Lulus SD, Eka enggan melanjutkan sekolah tetapi bukan berarti tidak sekolah. Namun, tidak sekolah formal, guru tetap datang ke rumahnya malam hari. Eka membayar jasa guru itu dengan hasil keringatnya sendiri. Dia ambil dari hasil jualan biskuit yang merupakan bisnis awalnya setamat SD.
Hebatnya, agar bisa bisnis biskuit, Eka menjaminkan ijazah SD kepada produsen sehingga bisa menjadi distributor. Bisnis biskuit berjalan lancar, omzetnya meningkat. Eka bisa membeli sepeda hingga becak bekas sebagai sarana menjual biskuitnya. Bisnis biskuit melambung, dalam 4 tahun Eka bisa mengumpulkan 2.500 gulden dan 1.000 gulden bisa dipakai renovasi rumah orang tuanya.
Eka juga merambah sumber uang lainnya, ikut arisan tender. Namun, bisnis Eka gagal karena kondisi ekonomi kacau saat Jepang masuk Makassar tahun 1941. Hebatnya, tidak membuat Eka putus asa, ide-ide bisnisnya selalu muncul begitu saja.
Eka Tjipta juga berkali-kali bangkrut hingga sempat menjual sebagian asetnya. Setelah banyak jatuh bangun di Makassar, Eka pindah ke Surabaya dan memulai Sinarmas dengan diresmikannya CV Sinar Mas.
Mengutip dari laman resmi Sinar Mas, menyebutkan pilar bisnis Sinarmas dari bisnis perusahaan meluas ke kertas dan sawit. Pada 1972 Eka Tjipta Widjaja mendirikan paprika soda kimia, Tjiwi Kimia yang kemudian menjadi pabrik kertas pertama Sinarmas.
Kemudian Sinarmas juga mengembangkan bisnis di sektor layanan keuangan seperti asuransi dan perbankan yakni PT Internas Artha Leasing Company yang berdiri pada 1982.
Lantas pada tahun 1986, ada Sinarmas Forestry mengelola hutan tanaman pertamanya. Sinarmas mulai melebarkan sayapnya di bidang penyediaan energi, perdagangan besar, serta infrastruktur telekomunikasi. Tahun 2006, Sinarmas mengakuisisi Bank Shinta dan menjadi Bank Sinarmas. Tidak sampai di situ, saat ini diketahui membangun industri telekomunikasi melalui Smartfren, industri pengembang dan real estate mencakup Sinar Mas Land.
Kini ada pilar kesehatan mencakup Eka Hospital, membentuk organisasi kemanusiaan seperti Yayasan Dharma Eka Tjipta, dan pendidikan seperti Sinar Mas World Academy. Saat ini Sinarmas bergerak melalui tujuh pilar bisnis, dari pulp dan kertas, agribisnis dan pangan, layanan keuangan, pengembang dan real estate, telekomunikasi, energi dan infrastruktur, serta layanan kesehatan.@
Bs/TimEGINDO.co