Jakarta | EGINDO.com — Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta semua negara anggota G20 saling mendukung dalam usaha semua negara keluar dari pandemi Covid-19.
“Kami berharap agar semua anggota menyatukan suara bersama-sama saling mendukung untuk keluar dari pandemi dan bersama-sama menuju pada kesejahteraan,” kata Sri Mulyani saat seminar pertemuan tingkat deputi kementerian keuangan dan bank sentral alias Finance and Central Bank Deputies (FCBD) meeting, Kamis (9/12/2021).
Turut hadir dalam seminar yang digelar secara online tersebut Menkeu Italia Daniele Franco dan Menkeu India Nirmala Sitharaman dengan moderator Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.
Sri Mulyani mengatakan saat ini vaksin telah diperoduksi sebanyak 80 persen dari populasi masyarakat dunia, namun penyebarannya tidak merata sehingga ada negara yang tingkat vaksinasinya sangat rendah.
Ia memberikan contoh Indonesia yang tadinya tingkat vaksinasinya juga cukup rendah, namun akhirnya setelah bekerja sama dengan seluruh pihak, kini menjadi salah satu negara dengan penanganan Covid-19 yang terbaik.
“Pemerintah harus melibatkan militer dan polisi untuk menyebarkan vaksin ke seluruh daerah yang berada di kepulauan,” ujarnya.
Ketidakmerataan ini, jelas Sri, seharusnya jadi masalah bersama agar distribusi vaksin covid menjadi merata.
Meski demikian, jelasnya, setiap negara memiliki permasalahan sendiri dan cara sendiri untuk mencari solusi.
“Kita perlu diskusi untuk mencari solusi dan komitmen bersama untuk kembali pulih dan semakin kuat bersama-sama,” ujarnya.
FCBD selama 9 Desember 2021 dan 10 Desember 2021 ini nantinya akan dihadiri oleh delegasi dari beberapa negara anggota G20 serta beberapa lembaga internasional dan dilakukan secara hybrid.
Setidaknya ada 6 agenda prioritas yang akan diangkat dalam pertemuan dua hari ke depan.
Pertama, jalan keluar (exit strategy) dari krisis yang disebabkan oleh Covid-19 selama dua tahun terakhir. Negara-negara G20 memandang, kalau krisis ini dibiarkan akan memberikan efek negatif pada dunia.
Kedua, mengatasi dampak pandemi, luka jangka panjang (scaring effect) dalam ekonomi, tenaga kerja, serta sektor-sektor yang akan susah bangkit bila pandemi selesai, dan sektor keuangan.
Ketiga, penguatan sistem pembayaran terutama mengoptimalkan pemanfaatan digitalisasi sistem pembayaran dunia.
Keempat, pengembangan pembiayaan berorientasi hijau, karena transisi ekonomi berbasis karbon ke ekonomi lebih hijau pasti membutuhkan biaya.
Kelima, pengembangan keuangan inklusi.
Dan keenam, bagaimana meningkatkan perpajakan agar menajdi sumber dalam membiayai program-program tersebut.
Sumber: Tribunnews/Sn