Beijing | EGINDO.co – Ketidakpastian menjelang tenggat waktu Rabu (10 November) bagi China Evergrande Group yang kekurangan uang untuk melakukan pembayaran kupon obligasi luar negeri akan menambah kekhawatiran tentang krisis likuiditas yang semakin dalam di sektor properti China.
Evergrande, pengembang paling berhutang di dunia, telah tersandung dari tenggat waktu ke tenggat waktu dalam beberapa pekan terakhir karena bergulat dengan kewajiban lebih dari US$300 miliar, US$19 miliar di antaranya adalah obligasi pasar internasional.
Pembayaran obligasi US$148 juta yang telah lewat jatuh tempo harus dilakukan pada hari Rabu dan memiliki pembayaran kupon senilai lebih dari US$255 juta pada obligasi Juni 2023 dan 2025 pada 28 Desember.
Beijing telah mendorong perusahaan milik pemerintah dan pengembang properti yang didukung negara untuk membeli beberapa aset Evergrande untuk mencoba mengendalikan kejatuhan.
Kekhawatiran atas potensi kejatuhan dari Evergrande mengguncang sektor properti China pada hari Selasa, membanting obligasi perusahaan real estat di tengah kekhawatiran bahwa krisis dapat menyebar ke pasar lain.
Penurunan harga obligasi terjadi hanya beberapa jam setelah Federal Reserve AS memperingatkan bahwa sektor properti China yang bermasalah dapat menimbulkan risiko global.
Kesengsaraan properti China mengguncang pasar global pada bulan September dan Oktober. Ada jeda singkat pada pertengahan Oktober setelah Beijing mencoba meyakinkan pasar bahwa krisis tidak akan dibiarkan lepas kendali tetapi kekhawatiran telah muncul kembali.
Sumber : CNA/SL