Kue Khas Pesisir Sibolga-Tapteng, Dalam Talibun

Nasi Tue

Oleh: Fadmin Malau

Kue Khas Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah kini hampir hanya ada dalam Talibun. Artinya, kue khas Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah itu mulai sulit didapat di Sibolga dan Tapanuli Tengah.

Seorang rekan penulis yang lebih tua lima tahun dari penulis dan sudah dua puluh tahun tidak pulang ke kota tua Barus Kabupaten Tapanuli Tengah merasa kesal karena tidak mudah mendapatkan dan menikmati kue khas pesisir Sibolga Tapanuli Tengah.

Faktanya memang begitu, kini di Sibolga dan Tapanuli Tengah sudah sulit mendengar dan melihat penjaja kue khas pesisir Sibolga Tapanuli Tengah pada pagi hari. Penjaja kue khas Sibolga Tapanuli Tengah yang dijajakan secara khas pula, beda dengan penjaja kue umumnya.

Anak-anak bertelanjang kaki berkeliling kampung dipagi hari bernyanyi dengan suara melengking, “Iyoooooeeeekkkk…..katupek, sarikayo…,” teriaknya sambil berjalan.

Kemudian dilanjutkannya lagi, “Iyoooeeekkk…pale bada, lompong sagu jo lappet ba intiiiii. Kue talam samo onde onde,” ucapnya lagi sambil menjajakan kue-kue yang dijujung di atas kepala.

Suara anak-anak penjaja dengan ciri khas ini sudah sulit ditemukan, begitu juga dengan kue-kue khas Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Jika sangat menginginkannya, terpaksa ke lapo (kedai) penjual kopi. Namun, tidak semua kue khas Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah itu ditemui, paling yang ditemukan ketupat, goreng pisang dan kue talam.

Makanan Khas Pesisir

Dalam budaya pesisir disamping bahasa pesisir, adat sumando, kesenian Sikambang, juga masuk makanan khas pesisir yang terdiri dari makanan adat yakni makanan yang khusus disajikan pada keperluan adat seperti upah-upah dengan ayam panggang dan pulut kuning bagi penganten dan anak yang akan dikhitan (sunat) serta yang lainnya.

Kemudian makanan sehari-hari yakni panggang geleng, panggang pacak, masam pade, gule lauk dan lainnya. Selanjutnya makanan ringan yakni, kue-kue seperti kue koci, kue lappek bainti, kue abuk, nasi tue, nasi lamak, sarikayo dan lainnya.

Baca Juga :  Mulai Hari Ini, PeduliLindungi Syarat Semua Transportasi

Kebudayaan pesisir Sibolga Tapanuli Tengah dari segi makanan ini ternyata sampai hari ini untuk makanan adat masih tetap dipertahankan dan dilaksanakan masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah, begitu juga dengan makanan sehari-hari meskipun sudah lebih banyak yang tidak lagi mengkonsumsi makanan khas sehari-hari dalam budaya pesisir Sibolga Tapanuli Tengah.

Hal yang sama juga terjadi pada budaya makanan ringan khas pesisir Sibolga Tapanuli Tengah yang semakin ditinggalkan dan sudah banyak generasi muda sekarang ini di daerah pesisir Sibolga Tapanuli Tengah yang tidak lagi mengenalnya, sudah berganti dengan jenis makanan ringan yang umum.

Wajar saja jika rekan penulis yang sudah dua puluh tahun tidak pulang ke kota tua Barus Kabupaten Tapanuli Tengah dan ketika pulang ke Barus saat Tahun Baru yang baru berlalu itu kecarian dan merasa heran karena tidak didengarnya lagi nyanyian penjaja kue ciri khas pesisir Sibolga Tapanuli Tengah itu.

Abadi Dalam Talibun?

Kue khas pesisir Sibolga Tapanuli Tengah yang dijajakan secara khas itu merupakan bagian dari budaya pesisir Sibolga Tapanuli Tengah maka nyanyian penjaja kue itu bukan sekadar nyanyian biasa akan tetapi memiliki makna budaya dari masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah sebagai makanan ringan.

Jauh sebelum dipopulerkan wisata kuliner seperti sekarang ini, dalam budaya pesisir Sibolga Tapanuli Tengah telah memiliki kuliner yang khas dan menyatu dalam budaya sehari-hari masyarakat. Kuliner khas daerah yang melekat dengan seni dan budaya masyarakat itu sendiri sehingga menjadi khas daerah itu sendiri.

Kekhasan dan menyatu dengan budaya dapat dilihat dalam larik-larik Talibun yang sejak dahulu sudah didendangkan secara turun temurun dari generasi ke generasi dan generasi kini yang agak kurang memahami sebab derasnya arus budaya asing yang masuk ke Sibolga Tapanuli Tengah.

Baca Juga :  10.686 Kasus Baru Covid-19 Di Singapura, 1 Meninggal

Seiring dengan kue-kue khas pesisir Sibolga Tapanuli Tengah yang semakin langka maka Talibun yang menceritakan tentang kue khas itu juga semakin jarang didendangkan masyarakat, terutama para generasi muda. Jangankan Talibun, nyanyian merdu penjaja kue juga sudah sulit untuk didengar.

Talibun merupakan sastra berbentuk prosa atau Talibun sama dengan sesomba yang bentuknya hampir sama dengan prosa lirik atau prosa berirama. Talibun biasanya menceritakan satu objek atau aspek yang ada dalam kehidupan satu masyarakat. Talibun memiliki tema yang sangat luas dan beragam sesuai dengan konteksnya.

Talibun secara umum merupakan bentuk puisi lama yang memiliki ciri tidak terikat dan bentuknya juga tidak tentu. Namun, jumlah lariknya bisa ganjil, bisa genap dan jumlahnya tidak ditentuka. Begitu juga dengan jumlah kata yang digunakan dalam larik-lariknya. Namun, biasanya berirama, tapi juga bisa tidak berirama.

Bentuk Talibun umumnya menyerupai gurindam, seloka atau teromba dan menceritakan, menggambarkan kondisi masyarakat secara umum dan juga secara khusus yang ada dalam satu daerah.

Talibun tampil dalam rangkaian puisi-puisi yang bercerita secara terperinci tentang suatu objek atau peristiwa dan biasanya bisa menjadi pelipur lara serta menjadi catatan sejarah yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Makanan menjadi bagian dari budaya pesisir Sibolga Tapanuli Tengah dan itu tergambar dalam larik-larik Talibun bertema tentang kue khas pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Talibun kue ini bisa menjadi pelipur lara dan juga menjadi catatan sejarah budaya.

Talibun bertema kue khas pesisir Sibolga Tapanuli Tengah ini bisa dibaca sebagai berikut:

Jib, Jib talibun ya badrum maulae

mandakki bukki kue bikka (Kue Bikka)

ambik katupek lamang sabatang (Katupek)

manurun bukki kue cuccu (Kue Cuccu)

Baca Juga :  Badai Hilary Hantam Meksiko, California Dengan Hujan Lebat

tatampu rimbo sarang balam (Sarang Balam)

tapijak rawang sari kayo (Kue Sarikayo)

tapijak luluk agar-agar (Kue Agar Agar)

petak bapetang kue talam (Kue Talam)

kamar bakamar kambang loyang (Kue Kambang Loyang)

tumbago manembak oncom oncom (Kue Oncom Oncom)

ambik paluru onde onde (Kue Onde Onde)

duduk tamanung kue abuk (Kue Abuk)

kambangkan lapik pisang lawe (Kue Pisang Laweh)

ambik ka banta mayang pisang (Kue Mayang Pinang)

datang baguling lamang daun (Kue Lamang Daun)

nan indak tantu ujung kapalo

jangan ditumpang biduk kami

biduk kami kue kenari (Kue Kenari)

balun dipijak ala rapuh

kapukan sirih lingi lingi (Kue Limi Limi)

turunkan sikoci putu karang (Kue Putu Karang)

ambik ka tiang gulo tarik (Kue Gulo Gulo Tarik)

naikkan bendera kue sapik (Kue Sapik)

tolong dayungkan kue karipik (Kue Karipik)

balabuh tantang nasi tue (Nasi Tue)

bacakkak katan jo karambi (Katan Sippulut)

datang malompek nasi lamak (Nasi Lamak)

Talibun ini masih ada meskipun kue-kue khas pesisir Sibolga Tapanuli Tengah ini semakin langka. Idealnya kue-kue khas itu harus tetap ada agar Talibun dengan tema kue ini akan terus lestari sebab Talibun menggambarkan kondisi sisi sisi kehidupan satu masyarakat sebagaimana Talibun tentang kehidupan manusia yang terus berubah.

Simak larik-larik Talibun yang satu ini:

habislah baju guntingkan kain

            indak bakain kain lai

            habislah kasih sakaliko

            indak bakasih kasih lai

            bakasih bana sakaliko

            ka urang lain ayo lai

Talibun ini menggambarkan anak manusia yang berumahtangga, lepas dari orangtuanya, ingin hidup mandiri bersama pasangan hidupnya. Talibun ini akan terus didendangkan sebab setiap anak manusia yang telah dewasa akan berumahtangga. Beda dengan Talibun tentang kue-kue khas pesisir Sibolga Tapanuli Tengah itu.

***

Bagikan :
Scroll to Top