Kuala Lumpur | EGINDO.co – Lebih dari 1.000 orang telah dievakuasi dari rumah mereka setelah hujan lebat menyebabkan banjir bandang di beberapa negara bagian, lapor media Malaysia.
Hujan deras di bagian barat dan utara semenanjung Malaysia sejak Rabu (20 Oktober) menyebabkan banjir parah di Melaka, Selangor, Negeri Sembilan, Kedah dan Perak, memaksa ratusan keluarga dievakuasi ke pusat-pusat bantuan sementara.
Di daerah yang paling parah dilanda Melaka, 590 korban dari 155 keluarga harus dievakuasi ke sembilan pusat setelah rumah mereka di Melaka Tengah, Jasin dan Alor Gajah terkena banjir, kata direktur Pasukan Pertahanan Sipil Cuthbert John Martin Qudra, menurut Bernama .
Di Selangor, 267 korban dievakuasi ke empat pusat bantuan setelah sembilan daerah di Sepang, Salak Tinggi dan Shah Alam terendam banjir bandang, menurut Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan negara bagian.
Sekitar 200 warga yang dievakuasi ke pusat di Sepang harus menjalani tes skrining COVID-19 karena salah satu korban dinyatakan positif COVID-19, lapor Berita Harian.
Pusat bantuan harus dibuka di Port Dickson, Negeri Sembilan setelah banjir di Kampung Permatang Pasir memaksa 25 korban dievakuasi.
Sembilan korban lainnya harus dievakuasi di Nilai sementara lima dari Rembau berlindung di rumah kerabat mereka.
Di negara bagian utara Kedah dan Perak, sekitar 176 orang dievakuasi setelah rumah mereka terendam banjir.
Sebanyak 162 korban dari 39 keluarga di Kuala Muda, Kedah, dikirim ke tiga pusat bantuan.
Mereka harus direlokasi setelah air banjir dengan ketinggian antara 0,3 hingga 1 meter masuk ke rumah mereka, lapor Astro Awani, mengutip tim penanggulangan bencana Pasukan Pertahanan Sipil Kedah.
Di Perak, 14 orang dari tiga keluarga dikirim ke pusat penampungan sementara di Taiping.
Pada hari Rabu, Sultan Johor Ibrahim Iskandar mengkritik beberapa warga di negara bagian itu karena membuang limbah mereka ke jaringan drainase, yang menyebabkan banjir di berbagai bagian Johor Bahru selama sebulan terakhir.
Dalam sebuah posting Facebook, dia mengatakan penyelidikan yang dilakukan oleh Dewan Kota Johor Bahru (MBJB) telah mengungkapkan bahwa banjir bandang yang melanda banyak wilayah kota JB selama sebulan terakhir disebabkan oleh sistem drainase yang tersumbat yang disebabkan oleh “sampah dan limbah konstruksi”.
“Itu karena sikap sebagian masyarakat yang suka membuang sampah ke sungai, selokan, dan saluran air. Saat hujan dalam jumlah besar dan dalam waktu lama, maka banjir bandang tidak bisa dihindari,” kata penguasa Johor itu.
Sumber : CNA/SL