Manila | EGINDO.co – Kantor Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Senin (11 Oktober) memberi selamat kepada jurnalis Maria Ressa karena memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, menyebutnya “kemenangan bagi seorang Filipina” yang membuatnya senang melihatnya.
Ressa, pendiri situs berita Filipina Rappler, dan Dmitry Muratov berbagi hadiah tahun 2021 setelah menantang kemarahan para pemimpin Filipina dan Rusia untuk mengungkap korupsi dan kesalahan aturan.
Ressa telah menghadapi berbagai tantangan hukum di pengadilan terkait dengan pelaporan investigasi Rappler yang mantap tentang pemerintah Duterte, perang berdarahnya terhadap narkoba, dan penggunaan media sosial untuk menargetkan lawan.
“Ini adalah kemenangan bagi seorang Filipina dan kami sangat senang untuk itu,” kata juru bicara kepresidenan Harry Roque pada konferensi pers reguler, menanggapi pertanyaan tentang apa arti penghargaan itu bagi pemerintah.
“Tentu saja benar ada individu yang merasa Maria Ressa masih harus membersihkan namanya di depan pengadilan,” katanya, dalam komentar pertama pada penghargaan hari Jumat dari kubu Duterte.
Pemimpin penghasut itu menggambarkan Rappler, yang diluncurkan pada 2012, sebagai “outlet berita palsu” dan alat Badan Intelijen Pusat AS, yang oleh Ressa dianggap sebagai omong kosong.
Penghargaan itu dipuji oleh banyak orang di Filipina, dengan para kritikus mengatakan itu adalah teguran terhadap Duterte, yang sering mengkritik Rappler.
Itu adalah Hadiah Nobel Perdamaian pertama untuk Filipina dan yang pertama untuk jurnalis sejak Carl von Ossietzky dari Jerman memenangkannya pada tahun 1935. Kremlin memberi selamat kepada Muratov pada hari Jumat, menggambarkan jurnalis investigasi itu berbakat dan berani.
Ditanya pada hari Senin apa pesannya untuk Duterte, Ressa mendesaknya untuk tidak mengejar pendekatan memecah belah dan menaklukkan.
“Saya mohon, satukan bangsa ini. Jangan pisahkan kami,” katanya dalam wawancara dengan saluran berita ANC.
Sumber : CNA/SL