Jakarta | EGINDO.co – Ketika Matahari kehilangan energi, pertanda dunia kiamat. Sekitar lima miliar tahun dari sekarang ini diprediksi Matahari akan kehabisan bahan bakar nuklir dan menghembuskan nafas terakhirnya saat mengembang menjadi raksasa merah. Demikian dilansir dari situs Express, Jumat, 8 Oktober 2021 kemarin yang dikutip EGINDO.co
Disebutkan bintang yang mengembang akan menelan planet-planet terdalam di Tata Surya serta mengubah Bumi menjadi hangus tidak bersisa. Itulah tandanya kiamat dari sisi sains. Tapi, jauh sebelum Matahari kehabisan energi, para ilmuwan khawatir Bumi akan kehabisanoksigen dan hampir tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah skenario kiamat.
Sementara itu Jurnal Nature Geosciences awal tahun 2021 menerbitkan sebuah makalah yang menjelaskan matahari akan mempercepat laju, di mana oksigen pasti habis di Bumi. Oksigen akan habis dalam 1 miliar tahun ke depan sehingga tidak ada lagi yang bisa dilakukan manusia.
Atmosfer saat Great Deoxygenation ditandai dengan peningkatan metana, tingkat CO2 yang rendah, dan tidak ada lapisan ozon. Sistem Bumi mungkin akan menjadi dunia bagi kehidupan anaerobic, tulis ilmuwan Kazumi Ozaki dari Universitas Toho, Jepang.
Kemudian para peneliti mencatat bahwa menipisnya oksigen di Bumi adalah konsekuensi yang tidak terhindarkan dari radiasi Matahari yang meningkat. Bintang di jantung Tata Surya siap untuk tumbuh semakin terang seiring berjalannya waktu, serta mengirimkan lebih banyak cahaya dan radiasi ke Bumi.
Meningkatnya radiasi akan meningkatkan pelapukan batuan silikat yang pada prosesnya akan menarik karbondioksida (CO2) dari atmosfer dan menjebaknya di dalam tanah CO2 yang dilepaskan oleh aktivitas manusia adalah penyebab utama pemanasan global, tapi dalam hal ini, CO2 yang terperangkap akan dikeluarkan dari siklus fotosintesis.
Oksigen menyumbang 21 persen dari lapisan atmosfer yang juga sebagai produk sampingan dari tanaman dan kehidupan laut yang mensintesis bersama CO2, air, dan sinar Matahari.@
Bs/TimEGINDO.co