Tarif PPN Naik, Pemerintah Hati-Hati, Inflasi Meningkat

rusli tan
Dr. Rusli Tan, SH, MM

Jakarta | EGINDO.co – Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik, akan memicu inflasi meningkat tajam. Pemerintah harus memperhatikan, hati-hati dan berpikir dua kali sebab sekarang ini saja dunia sedang menuju inflasi. Sekarang semua barang-barang sudah mahal.

Hal ini dikatakan Dr. Rusli Tan, SH, MM, seorang pengamat sosial ekonomi kepada EGINDO.co Minggu (3/10/2021) di Jakarta menanggapi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) yang telah menyetujui tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik terus menerus dari 10 persen hingga 12 persen yang mana tarif PPN yang saat ini ditetapkan sebesar 10%.

Dikatakannya dengan perang dagang China/Tiongko dengan Amerika Serikat (AS) sudah sangat membuat inflasi yang tinggi karena bahan baku, biji besi dan semua naik sementara Tiongkok harus beli. “Itulah hebatnya Amerika akan tetapi Tiongkok juga tidak kalah hebat dengan melarang ekspor finish prodak,” kata Rusli Tan.

Baca Juga :  Pemerintah Harus Ekspor CPO, Devisa Besar, Bukan Menyetop

Menurutnya dengan dilarang finish prodak maka Amerika Serikat tidak bisa mendapatkan bahan bahan elektronik, seperti yang berkaitan dengan IT umumnya Tiongkok yang memproduksi. Tidak diekspor Tiongkok maka menjadi harganya menjadi mahal sehingga dunia menjadi inflasi.

Sekarang ini Tiongkok memproritaskan produksinya untuk dalam negeri dan tidak mau ekspor lagi biji nikel dan lainnya. Tiongkok mengurangi pemakaian ekspor, lebih mengutamakan bahan domestiknya.

Kenaikan PPN yang mulai tahun depan itu pada dasarnya baik akan tetapi waktunya tidak tepat sekarang ini karena dunia sedang pancaroba ekonomi dunia. “Solusinya pemerintah harus bisa menekan kebocoran, korupsi harus ditekan, diberantas. Jika korupsi terus terjadi di Indonesia maka ekonomi akan hancur,” kata Rusli Tan menegaskan.

Baca Juga :  Korupsi Di Bawah Rp 50 Juta, Selesai Dengan Kembalikan Uang

Dinilainya saat ini korupsi sudah luar biasa. Dibanding pada era orde baru, era sekarang ini lebih besar. Menurut Rusli Tan jika memakai angka Sumitro kebocoran sebesar 30 persen akan tetapi sekarang ini lebih besar lagi, “Ini sudah berbahaya karena terlalu besar korupsinya, terlalu seru. Apa lagi dengan adanya Covid-19 korupsi angkanya heboh semakin besar karena tidak bisa dikontrol dengan alasan bantuan Covid-19, hibah. Dulu beli barang harus ada bukti kini terlalu banyak hibah,” ujarnya.

Rusli Tan menilai sudah waktunya memberantas korupsi secara benar, bukan terus mengejar pajak karena berdampat kepada harga-harga barang dan inflasi. Korupsi harus diberantas karena membuat hancur ekonomi, “Kini mulai dari DPR, kantor pemerintahan masih tetap menyumbangkan angka besar sebagai pelaku korupsi. Para koruptor jelas merugikan negara maka pejabat negara harus bersih,” kata Rusli Tan.

Baca Juga :  Tiga Hal Yang Turut Tentukan Keberhasilan Program Diet

Menjawab pertanyaan EGINDO.co tentang inflasi di dunia kata Rusli Tan karena pancaroba ekonomi sangat hebat, mengerikan. Amerika Serikat sudah mengakui kesulitan ekonomi dan begitu juga dengan negara-negara lain. Perang dagang yang sudah terjadi jelas membuat inflasi tinggi, ekonomi menjadi sulit. “Semua negara-negara di dunia sedang sulit dan yang agak bagus Tiongkok maka Indonesia harus mengantisipasi lebih baik dan hati-hati untuk dapat lepat dari inflasi dunia dengan meminimalkan korupsi,” katanya memperingatkan@

 Bs/TimEGINDO.co

 

Bagikan :
Scroll to Top