Jakarta | EGINDO.com – Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyebutkan struktur ekonomi yang dimiliki Indonesia mendorong terjadinya pemulihan lebih cepat dibandingkan negara-negara lain.
“Struktur perekonomian ini lah yang menjadikan kenapa Indonesia bisa relatif tumbuh lebih baik dibandingkan negara lain,” katanya kepada Antara di Jakarta, Senin.
Yusuf menjelaskan struktur yang dimaksud adalah lebih dari 50 persen perekonomian nasional disumbang oleh konsumsi masyarakat sehingga jika terjadi gejolak global maka dampak yang dirasakan tidak sebesar negara lain.
Menurutnya, hal ini berbeda dengan negara-negara lain seperti perekonomian Singapura yang 30 persen di antaranya bergantung oleh ekspor sehingga ketika global mengalami perlambatan maka tekanan yang diterima lebih besar.
Tekanan tersebut terlihat dari pertumbuhan ekonomi Singapura yang terkontraksi mencapai 5,4 persen (yoy) pada 2020 sedangkan Indonesia jauh relatif lebih kecil yakni sebesar minus 2,19 persen (yoy).
Pemulihan Indonesia yang lebih cepat ini juga didorong oleh upaya pemerintah yang mengalokasikan anggaran untuk perlindungan sosial lebih besar dibandingkan program-program lain pada 2020.
Langkah tersebut diambil karena pemerintah memiliki fokus untuk menyalurkan bantuan dalam rangka menjaga agar daya beli masyarakat tidak terjerembab lebih dalam.
Realisasi anggaran perlindungan sosial dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020 adalah sebesar Rp220,39 triliun dari pagu Rp230,21 triliun.
“Realisasinya pun juga cukup tinggi. Faktor ini lah yang menyebabkan kenapa pertumbuhan ekonomi tidak terkontraksi sangat dalam dibandingkan beberapa negara lain pada 2020,” katanya.
Tak hanya itu, Yusuf mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik juga karena adanya perbedaan dari sisi pendekatan kebijakan penanggulangan pandemi.
Sebagai contoh, Singapura melakukan restriksi pergerakan masyarakat yang relatif lebih ketat jika dibandingkan Indonesia sehingga aktifitas perekonomian lebih mengalami perlambatan.
“Kondisi yang sama juga didapati pada beberapa negara yang turut menjalankan lockdown di tahun lalu dengan pengecualian China dan Vietnam,” ujarnya.
Sumber: Antaranews/Sn