Sumenep | EGINDO.co – Gili Iyang adalah pulau yang berlokasi di Kabupaten Sumenep, Madura. Disini disebut sebagai tempat terbaik untuk merasakan kesegaran udara di Indonesia karena kadar oksigen yang cukup tinggi ada disini.
Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Antariksa Nasional (Lapan) tahun 2006 lalu mengenai kualitas udara di pulau tersebut menyebutkan bahwa dari 17 titik yang diuji, kadar oksigen di Gili Iyang adalah sebesar 20,9 persen.
Artinya di dalam volume 1 liter udara bebas terkandung 0,209 liter oksigen. Persentase ini lebih baik dari kondisi udara daerah-daerah lain di Indonesia. Terlebih lagi di pulau ini nilai kandungan zat-zat pencemar udara seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, atau sulfur dioksida adalah sangat rendah.
Gili Iyang atau yang biasa disebut Pulau Oksigen ini dinobatkan sebagai daerah dengan kadar oksigen terbaik di dunia bersama dengan Laut Mati, di Jordania.
Pulau tersebut memiliki luas sebesar 9,15 km2 dan dihuni oleh sekitar 7.832 jiwa yang tersebar di dua desa yaitu Bancamara dan Banraas.
Untuk sampai ke Gili Iyang calon wisatawan bisa menaiki taksi laut, sebutan masyarakat Dungkek untuk moda transportasi perahu kayu bermesin. Waktu tempuh menuju Gili Iyang sekitar 30-40 menit, bergantung kondisi cuaca dan tinggi gelombang. Calon wisatawan bisa naik taksi laut dari Pelabuhan Penyeberangan Dungkek yang baru dioperasikan awal 2021 lalu. Pelabuhan tersebut berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat kota Sumenep.
Ongkos taksi laut sebesar Rp10 ribu per orang untuk menumpang perahu berkapasitas antara 20-50 orang bergantung ukuran angkutannya. Jarak antara Pelabuhan Dungkek dan Gili Iyang adalah sekitar sembilan kilometer yang dipisahkan oleh Laut Jawa. Gili Iyang memiliki dua dermaga yaitu di Pantai Ropet, Desa Banraas di ujung timur pulau yang dikhususkan bagi perahu nelayan. Satu lagi, dermaga penumpang di Desa Bancamara, di ujung barat pulau.
Kadar Oksigen Terbaik Di Gili Iyang
Seperti yang sebelumnya dijelaskan, Gili Iyang memiliki kadar oksigen hingga 20,9 persen yang membuatnya menjadi salah satu tempat dengan kadar oksigen terbaik di dunia.
Kadar oksigen normal yang ditolerir untuk mencukupi kebutuhan pernapasan adalah dalam batas antara 19,5–22,0 persen. Kadar oksigen yang kurang dari 19,5 persen akan menyebabkan kekurangan oksigen yang disebut hipoksia. Dampak kekurangan oksigen dari yang ringan seperti lemah dan pusing, sampai yang berat seperti menyebabkan koma bahkan kematian.
Temuan tersebut juga diperkuat oleh riset lanjutan oleh Badan Lingkungan Hidup dan Bappeda Kabupaten Sumenep pada 2011 yang menyebutkan kualitas oksigen sebesar 20,9 persen terjadi di waktu-waktu tertentu, utamanya pada bulan Februari. Selain itu didapati pula bukti bahwa kandungan karbon dioksida di Gili Iyang tak lebih dari 26,5 persen dengan tingkat kebisingan hanya 36,5 desibel.
Dengan kualitas udara yang bersih juga membuat harapan hidup warga Gili Iyang terjaga. Disana tidak sulit untuk menjumpai warga yang berusia diatas 90 tahun bahkan 100 tahun dengan kondisi kesehatan yang baik. Bahkan mereka masih bisa beraktivitas normal seperti pergi ke ladang maupun beribadah di masjid terdekat.
Objek Wisata di Gili Iyang
Tidak hanya pantai dan laut, banyak objek wisata seru yang bisa didatangi di Gili Iyeng, seperti Batu Cangga yang merupakan sebuah patahan alam di sekitar tebing karang tajam dan curam menghadap Laut Jawa. Bentuknya rongga mirip lorong yang terbentuk secara alami kemudian disangga oleh beberapa batu karang mirip seperti pilar-pilar besar pada bangunan rumah.
Perlu sedikit perjuangan untuk sampai di Batu Cangga karena harus melewati titian tangga dari bambu yang bila tidak hati-hati maka akan terperosok ke bawah tebing dan tercebur ke birunya air laut. Saat berdiri di Batu Cangga, telinga kita akan mendengar dengan jelas deburan ombak menghantam tepian tebing di bawah kaki kita diiringi terpaan angin kencang. Sejauh mata memandang hanya air laut yang terlihat.
Selain Batu Cangga, masih ada objek wisata lainnya yaitu Gua Mahakarya atau biasa dikenal juga dengan Gua Celeng. Gua Mahakarya semula merupakan tempat persembunyian hewan celeng atau babi hutan. Lalu oleh warga setempat dibangun pagar bambu tepat di mulut gua agar hewan liar tersebut tidak lagi masuk. Untuk memasuki mulut gua kita harus merunduk karena tingginya kurang dari satu meter dengan panjang lorong sekitar lima meter.
Gua ini memiliki keunikan stalagtit didalamnya, bebatuan yang tumbuh dari langit-langit gua yang masih meneteskan air serta stalagmit. Di salah satu sudut langit-langit ruang pertama ini terdapat lubang besar yang mengalirkan udara segar dan sinar mentari, mirip seperti sunroof pada mobil. Kehadiran lubang itu membantu ruangan menjadi lebih terang. Ada juga stalagmit yang bersinar kelap-kelip seperti bintang di langit saat malam. Masyarakat menamai batu-batu itu sebagai batu bintang. Sebetulnya oleh para penelusur gua, batuan itu dikenal sebagai cave pearl atau mutiara gua yang terbentuk dari bongkahan batu yang diselimuti mineral kalsit yang berasal dari tetesan air dari stalagtit.
Ketika siang hari dan cuaca sedang terik, maka sinar mentari dapat menembus ke dalam gua melewati sela-sela batang dan daun pohon sehingga menghasilkan siluet indah berbentuk garis-garis sinar. Di sinilah spot berfoto paling tepat bagi kita yang berkunjung ke Gua Mahakarya.
Objek wisata terakhir yang bisa dikunjungi di Gili Iyang adalah Pantai Ropet yang terdapat spot pantai pasir putih yang cocok untuk snorkeling atau menyelam melihat terumbu karang yang masih terjaga keindahannya serta koleksi ikan hiasnya. (AR)