Jakarta | EGINDO.co – Jurnalis harus memantau kekuasaan, jangan melihat kekuasaan untuk kepentingan karena kekuasaan kalau tidak dipantau akan menjadi korup. Jurnalis bekerja untuk publik, untuk kepentingan publik dengan memberikan kebenaran.
Hal ini dikatakan Zaky Yamani dari Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) pada “Workshop for Jurnalism/reporting on HIV and TB Issues” Kamis, 19 Agustus 2021 via Link Zoom.
Ditegaskannya, kebenaran akan muncul dari kejujuran maka jurnalis dituntut untuk bekerja dengan hati nurani, melihat kebenaran bagi kemanusiaan. Banyak yang harus dilakukan para jurnalis untuk mewujudkan satu kebenaran seperti pengetahuan, wawasan yang luas dalam memberitakan satu berita dan selalu kritis serta berani. “Jurnalis harus memaparkan fakta yang berimbang, tidak cukup hanya satu narasumber dan jurnalis tidak boleh dipengaruhi oleh narasumber,” kata Zaky Yamani.
Ditambahkan Zaky, bila ada dua narasumber memberikan informasi yang mana informasi itu berbeda maka ditampilkan keduanya dan berupaya menyelusuri dari informasi itu dengan mengedepankan kepentingan masyarakat secara global.
Hal itu juga berlaku dalam pemberitaan HIV-AIDS untuk bisa membuka wawasan akan tetapi tetap professional terhadap penderita HIV-AIDS agar pribadinya tidak menanggung resiko yang berat. Harus penderita HIV-AIDS terlindungi, tidak menjadi stigma akan tetapi menjadi pembelajaran bagi publik.
Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) selaku SSR Program CSS EEA GF NFMc melakukan “Workshop for Jurnalism/reporting on HIV and TB Issues” Kamis, 19 Agustus 2021 via Link Zoom dengan co-host, Tri Irwanda.
Pada hari kedua materi yang disajikan Berbagi Pengalaman Meliput HIV-AIDS, Jurnalisme Empati Dalam Peliputan dan Potret HIV-AIDS serta TB di Media Potret Umum Pemberitaan HIV-AIDS di Media.@
Rel/TimEGINDO.co