Taipei | EGINDO.co – Ratusan orang dari Taiwan yang ingin mendapatkan vaksin COVID-19 telah memesan tur ke Guam setelah wilayah Pasifik AS menawarkan suntikan kepada pengunjung asing, kata sebuah agen perjalanan, Jumat (2 Juli).
Guam, di mana pariwisata merupakan pendorong ekonomi utama, memiliki infeksi COVID-19 yang terbatas dan tingkat vaksinasi yang tinggi di antara penduduk setempat.
Dijuluki “Air V&V” – liburan dan vaksinasi – program baru ini terutama ditujukan untuk ekspatriat AS di kawasan Asia Pasifik, meskipun warga negara lain dapat bergabung.
Peserta dapat memilih antara vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna dan Johnson & Johnson.  Dari ketiganya, hanya Moderna yang tersedia di Taiwan karena pulau itu telah berjuang untuk mendapatkan pasokan vaksin yang cukup.
Hanya 9 persen dari 23,5 juta orang Taiwan telah divaksinasi pada Kamis, menurut kementerian kesehatan.
Lion Travel, salah satu operator tur terbesar di Taiwan, mengatakan semua 439 slot dalam empat paket pertamanya ke Guam mulai 6 Juli telah terjual.
Paket tersebut mencakup penerbangan dan hotel, dengan harga mulai dari US$1.530, tidak termasuk biaya tes COVID-19.
Perusahaan juga menawarkan perjalanan tujuh hari dan 22 hari dan mengharapkan pendapatan lebih dari US$5 juta jika paket sudah penuh dipesan.
“Kami akan berdiskusi dengan maskapai untuk mengoperasikan dua penerbangan langsung tambahan pada 26 Juli dan 12 Agustus untuk memenuhi permintaan pasar,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Minat pada tur vaksinasi didorong menyusul keputusan pemerintah Guam untuk mengecualikan pengunjung yang dapat menunjukkan hasil tes virus corona negatif dari karantina mulai 4 Juli, tambahnya.
Menurut Biro Pengunjung Guam, pelancong yang memenuhi syarat dapat memperoleh suntikan vaksin COVID-19 sehari setelah kedatangan mereka dan dengan bebas berkeliling negara setelah itu.
Taiwan hanya menerima 726.000 dosis vaksin sebelum AS dan Jepang baru-baru ini menyumbangkan masing-masing 2,5 juta dan 1,24 juta dosis.
Presiden Tsai Ing-wen secara eksplisit menuduh China sebagai batu sandungan untuk mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech dari Jerman ketika Taiwan memerangi lonjakan tiba-tiba dalam kasus virus corona.
Beijing telah meningkatkan tekanan pada Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan demokratis sejak pemilihan Tsai 2016 ketika dia menolak pandangannya bahwa pulau itu adalah bagian dari wilayah China yang menunggu penyatuan kembali, dengan paksa jika perlu.
China membuat Taiwan terkunci dari badan-badan Internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia.
Mereka membantah menghambat upaya vaksinasi Taiwan dan menuduh pemerintah Tsai menolak untuk berurusan dengan perusahaan yang berbasis di Shanghai yang mendistribusikan vaksin Pfizer-BioNTech di wilayah China Raya.
Sumber : CNA/SL