Jakarta | EGINDO.com   – Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) memperingatkan dunia perlu segera menghentikan pengeboran minyak dan gas (migas) sekarang. Hal ini harus dilakukan demi mencegah bencana iklim.
Dilansir dari CNN, Jumat (28/5/2021), perusahaan energi di dunia didesak untuk menyelamatkan planet dari bencana iklim. Hal itu dilakukan oleh para investor dan aktivis iklim yang menggunakan suara pemegang saham serta pengadilan.
Di Belanda, pengadilan memutuskan bahwa Royal Dutch Shell (RDSA) harus bergerak lebih cepat untuk memangkas emisi karbonnya dalam kasus yang diajukan oleh Friends of the Earth cabang setempat.
Perusahaan Inggris-Belanda juga diperintahkan untuk memangkas emisi CO2 sebesar 45% pada tahun 2030 dari level 2019. Yang terpenting, target tersebut mencakup emisi yang tercipta saat konsumen menggunakan minyak, bensin, dan gas alam yang diproduksi Shell.
Shell mengatakan akan mengajukan banding atas putusan tersebut. Namun keputusan tersebut sangat luar biasa yang pada akhirnya dapat memaksa perusahaan minyak dan pertambangan lain untuk mengubah model bisnis mereka.
Shell telah menargetkan pengurangan 20% dalam intensitas karbon pada tahun 2030, dan 45% pada tahun 2035.
“Pengadilan memahami bahwa konsekuensinya bisa besar bagi Shell. Tapi pengadilan percaya bahwa konsekuensi dari perubahan iklim yang parah lebih penting daripada kepentingan Shell,” kata Juru Bicara Pengadilan, Jeannette Honée.
Tidak hanya itu, investor Chevron (CVX) juga memberikan suara yang mendukung proposal pemegang saham untuk meminta perusahaan mengurangi emisi yang dihasilkan oleh penggunaan produk energinya.
Saat ini ada sekitar 40% kemungkinan suhu global rata-rata tahunan untuk sementara mencapai 1,5 derajat celcius, kritis di atas tingkat pra-industri setidaknya dalam satu dari lima tahun ke depan.
Di bawah kesepakatan iklim Paris, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi keluaran karbon mereka dan menghentikan pemanasan global di bawah 2 derajat celcius dan jika mungkin di bawah 1,5 derajat celcius untuk menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
Sumber: detikFinance.com/Sn