Beijing, | EGINDO.co – Sekitar 2.000 pelajar yang hendak mudik untuk mengisi libur semester musim semi telantar di Shijiazhuang setelah pemerintah Ibu Kota Provinsi Hebei, China, itu menutup akses menuju luar kota. Dalam beberapa hari terakhir, terdapat puluhan warga Shijiazhuang yang positif COVID-19 sehingga pemerintah setempat mengambil kebijakan anti-epidemi secara ketat.
Beberapa pelajar yang hendak mudik libur Imlek itu tertahan, demikian media penyiaran China. Pemerintah Kota Shjiazhuang memberikan bantuan makanan dan akomodasi kepada para pelajar yang mengalami keterbatasan bekal. Gao Jiawei, salah satu di antara pelajar yang mendapatkan bantuan itu mengaku hendak pulang kampung ke Provinsi Shanxi dari Kota Xingtai, Provinsi Hebei.
Saat transit di Stasiun Shijiazhuang dia tidak bisa melanjutkan perjalanan ke kampung halamannya karena semua moda transportasi ditangguhkan. Di tengah situasi tersebut, dia kesulitan mendapatkan tempat tinggal sementara dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Saat menjalani tes usap, dia bertemu pelajar lain yang sama-sama mengalami kesulitan.
Oleh karena bekalnya sangat terbatas, dia dan temannya patungan menyewa satu kamar hotel dan berupaya mencari bantuan dari pemerintah. “Semula saya hanya menginap tiga sampai empat hari, tetapi sampai sekarang sudah enam hari. Biayanya pun jadi naik hingga 1.000 yuan (Rp2,1 juta),” ujar pria itu.
Gao menghubungi orang tuanya mengenai kesulitan yang dialaminya itu, sedangkan temannya, Li Zhaowen yang berasal dari Provinsi Henan memilih diam karena takut orang tuanya khawatir. Pemeritah Provinsi Hebei menyadari akan kasus yang dialami oleh para pelajar seperti Gao dan Li itu. “Kami membentuk tim untuk berpatroli di stasiun, bawah jembatan, atau lokasi proyek. Kami kirim tim patroli ke semua tempat,” kata Pang Lianxing dari Dinas Kependudukan Provinsi Hebei.@
ant/TimEGINDO.co